London (ANTARA News) - Komisi Pemilihan Umum Indonesia dan Rusia sepakat bertukar pengalaman dalam masalah membengkaknya biaya pemilu yang sering menjadi keluhan umum di masyarakat dan sudah selayaknya diefisienkan seiring dengan makin canggihnya teknologi informasi.

Hal itu menjadi poin penting dalam penandatanganan kesepakatan (MoU) Bidang Pemilu yang dilakukan di Moskow, kata Kordinator Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, M. Aji Surya dalam keterangannya pada ANTARA London, Rabu.

Ketua KPU Indonesia, Hafiz Anshary, yang didampingi Dubes Hamid Awaludin, menandatangani kerja sama tersebut bersama rekannya Ketua KPU Rusia, Vladimir E. Churov.

Luasnya wilayah Indonesia kadang menyebabkan kesulitan dan ketidakpastian dalam pelaksanaan pemilu. Begitu pula pengiriman logistik misalnya, sering terkendala oleh cuaca yang tiba-tiba memburuk.

Semua ini bisa terjadi dan berdampak pada anggaran dan pelaksanaan kegiatan.

Ketua KPU Rusia, Vladimir E. Churov mengatakan bahwa keadaan serupa juga terjadi di Rusia yang memiliki 11 zona waktu.

Salah satu masalah biasa terjadi di musim dingin pada Desember-Maret. Suhu yang tiba-tiba mendekati titik nol derajat plus angin menyebabkan lapisan salju mengeras di mana-mana.

Dalam badai salju itu, bahkan tiang listrik, kabel telepon dan peralatan komunikasi bisa mati. "Hal ini menjadi tantangan dalam pelaksanaan Pemilu," ujar Churov.

Untuk itulah, diperlukan suatu persiapan yang baik melalui mekanisme berbagi pengalaman dari negara lain. Diharapkan, di masa-masa datang, ongkos pemilu bisa ditekan.

Menurut Churov, pemilu Indonesia yang diikuti lebih dari 170 juta pemilih merupakan salah satu pemilu terbesar di dunia.

Keberhasilan pemilu di Indonesia merupakan fenomena demokrasi yang luar biasa sebagaimana yang terjadi juga di Brazil sedangkan pemilu Rusia rata-rata diikuti 65 persen pemilih dengan margin kesalahan 2/10-7/10 persen.

MoU yang ditandatangani hari itu mencakup rencana kerja sama dalam bidang pengelolaan dan administrasi pemilihan umum dalam bentuk tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman pengembangan organisasi dan teknis pemilu.

Tukar-menukar info, materi, keahlian dan pengaturan pelatihan personil, serta sistem distribusi materi, teknologi pemungutan suara, partisipasi wanita, kaum minoritas, dan kaum dengan keterbatasan fisik.

Ketua KPU Indonesia berharap kiranya kerja sama ini bermanfaat bagi kedua belah pihak dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait di Indonesia. "Kita bersyukur bisa bekerja sama dengan Rusia," ujarnya.

Kepala Divisi Politik KBRI Moskow, Nugroho Setyadi, mengatakan MoU bidang Pemilu ini telah dirintis sejak setahun yang lalu dan dibahas dalam Komisi Bersama Indonesia-Rusia tahun 2010. Usulan Indonesia tersebut mendapat tanggapan positif dari KPU Rusia dengan sedikit perubahan soal teknis. (ZG/M016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011