London (ANTARA News) - KBRI Tunis kembali mengevakuasi seorang Warga Negara Indonesia dari Libya, Nurhayati Binti Mamad, yang sejak pecahnya perang saudara di negara itu merasa berada di antara hidup dan mati.
Nurhayati yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat, dan berdomisili di Kronjo, Tangerang, Banten, berhasil masuk ke wilayah Tunisia sekitar pukul 14.00 waktu setempat Minggu, demikian keterangan pers KBRI Tunis yang diterima ANTARA London, Rabu.
Nurhayati yang telah bekerja di Libya sejak bulan Februari 2008 diantar sopir suruhan Mohamad Abdelhafiz, pemilik gedung KBRI Tripoli yang diangkat sebagai staf honorer KBRI Tripoli guna membantu misi perlindungan dan evakuasi WNI dari Libya.
Menurut Nurhayati, kondisi pekerjaan di Libya sebenarnya baik, majikannya, seorang pengawal Muamar Gaddafi, selalu bersikap baik kepadanya dan kepada 37 pembantu lain di rumahnya.
Selain gaji bulanan, dia sering diberi bonus untuk kebutuhan komunikasi dan lainnya senilai 200-300 dinar Libya. Saat itu 1 dolar AS sama nilainya dengan 1,25 dinar Libya, namun sejak pecahnya perang membuat semua orang merasa terancam, ujarnya.
Dikatakannya, sejak pecahnya konflik bulan Februari lalu, keadaannya di Libya bagaikan antara hidup dan mati. "Setiap bom jatuh, semua orang di rumah berlarian dan menjerit-jerit ketakutan.
Ada yang tiarap di mana saja, ada yang berlari ke kebun, dan melakukan hal-hal yang aneh sambil menangis," tuturnya.
Di daerah tempat tinggalnya di kawasan Qasr Bin Gashir yang tidak jauh dari Bandara Libya terdapat satu kompleks militer yang menjadi sasaran pemboman jet-jet tempur NATO.
Dia mengatakan dia sering menyaksikan secara langsung pesawat-pesawat NATO yang menjatuhkan bom bertubi-tubi di kawasan tersebut. Dalam satu jam bisa sampai 25 bom yang dijatuhkan. Pemboman bisa terulang antara 6-15 kali dalam sehari, paparnya.
Dia pernah suatu kali mengungsi ke Gergaresh dan bom jatuh sampai sekitar 60 kali sehari.
KBRI Tunis yang berkoordnasi dengan Mohamad Abdelhafiz memutuskan mengevakuasi Nurhayati walau cuma seorang diri. Menurut Abdelhafiz, karena kondisi Libya semakin kritis, Nurhayati lalu diantar ke perbatasan Ras Jedir oleh orang kepercayaannya.
Perjalanan dari Tripoli ke perbatasan cukup lancar walau di sepanjang perjalanan penuh dengan pasukan, namun dia hanya mengalami sekitar 10 kali pemeriksaan.
Rata-rata penjaga setelah mengetahui kendaraan tersebut adalah misi dari KBRI Tripoli untuk mengantarkan TKW ke Tunisia mereka membiarkan lewat tanpa memeriksa paspor dan menggeledah kendaraan seperti yang dilakukan.
Namun karena paspor Nurhayati sudah habis masa berlakunya, maka pengurusan izin masuk ke Tunisia mengalami sedikit hambatan.
Menurut aturan yang berlaku, Nurhayati harus masuk ke kamp pengungsi di perbatasan. Namun berkat hubungan yang terjalin antara KBRI Tunis dengan otoritas Tunisia, Nurhayati akhirnya mendapatkan visa dan meneruskan perjalanan ke kota Tunis.
Dubes M Ibnu Said saat menyambut kedatangan Nurhayati, mengharapkan agar para TKW yang masih berada di Libya dapat segera masuk ke KBRI Tripoli sehingga bisa segera dievakuasi ke Tunisia.
Hal ini mengingat kondisi kemanan di negara tersebut yang semakin tidak menentu.
Dijelaskannya bahwa KBRI Tunis berkomitmen mengupayakan evakuasi semua WNI dari Libya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk misi tersebut, demikian Dubes Ibnu Said. (ZG/M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011