Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi dr. Arif Sabta Aji, S.Gz mengatakan kondisi intoleransi laktosa tidak bisa disamakan dengan alergi susu sapi sebab keduanya memiliki perbedaan yang dapat diidentifikasi melalui respon tubuh hingga gejala-gejala yang muncul.
“Perbedaan nyata antara alergi susu dan intoleran laktosa, yaitu dari respon tubuh kita,” kata Arif yang juga menjadi dosen Kesehatan Masyarakat di Universitas Alma Ata saat konferensi pers virtual pada Kamis.
Ia mengatakan kondisi intoleransi laktosa tidak dapat diubah atau disembuhkan, berbeda dengan alergi susu yang dapat berkurang apabila mengonsumsi obat bahkan hilang seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
Intoleransi laktosa merupakan kondisi saat seseorang tidak mampu mencerna laktosa dalam produk susu secara sepenuhnya karena kekurangan enzim laktase yang terdapat di dalam saluran pencernaan. Enzim ini berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi bentuk sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa yang bermanfaat untuk sistem metabolisme di dalam tubuh.
“Sementara alergi susu itu disebabkan oleh respon sistem imun tubuh kita yang berlebihan karena protein susu yang dikonsumsi. Alergi susu sebenarnya bisa kita tangani, tidak seperti intoleran laktosa,” katanya.
Baca juga: "Food diary" bisa bantu cegah anak kena masalah cerna
Selain itu, perbedaan antara intoleran laktosa dan alergi susu juga dapat dilihat dari gejala-gejalanya. Pada alergi susu, biasanya penderita mengalami ruam atau gatal-gatal pada kulit. Sementara intoleransi laktosa tidak menimbulkan efek yang tidak nyaman pada saluran pencernaan setelah 30 menit hingga dua jam mengonsumsi susu.
Ketika seseorang kekurangan enzim laktase dan mengonsumsi susu dengan kandungan laktase, lanjut Arif, maka saluran pencernaan akan menyerap air lebih banyak dari seluruh bagian tubuh. Oleh sebab itu, seorang intoleran laktosa biasanya akan mengalami diare dan merasakan sensasi yang tidak nyaman di perutnya setelah konsumsi susu.
“Jadi, besyukur buat teman-teman yang bisa mengonsumsi susu sapi seperti biasa. Karena intoleran laktosa itu nggak nyaman. Dari segi presentasenya juga hampir 80 persen intoleran laktosa dialami oleh masyarakat Asia,” ujarnya.
Arif mengatakan kondisi intoleransi laktosa banyak dialami pada masyarakat Asia sebab secara turun-temurun tidak memiliki kebiasaan atau tradisi meminum susu sapi secara rutin.
“Dari segi budaya dan turun-temurun, masyarakat kita itu bukan peminum susu yang biasa. Beda dengan Eropa, mereka banyak sekali terpapar konsumsi susu di negara sana. Kalau kita itu tidak sebanyak atau sebiasa orang-orang sana. Oleh karena itulah kita akhirnya memiliki karakteristik yang intoleransi laktosa,” kata Arif.
Ia menekankan bahwa sebetulnya laktosa memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia, begitu pula dengan susu sapi itu sendiri. Pada seorang yang mengalami intoleran laktosa bukan berarti harus menghindari atau tidak mengonsumsi susu sama sekali.
“Mengetahui perbedaan antara intoleran dan alergi susu ini penting sekali. Kemudian kita tahu, pada intoleran laktosa sebetulnya bukan berarti kita tidak boleh minum susu. Kita tetap bisa mendapatkan manfaat dari susu, terutama susu sapi, untuk kesehatan dengan produk yang bebas laktosa,” katanya.
Baca juga: Tiga resep makanan penutup untuk sambut pergantian tahun
Baca juga: Kemitraan IPS diharapkan dapat tingkatkan kualitas produk susu
Baca juga: Coba minum ini bila Anda punya intoleransi laktosa
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022