Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah cukup berat untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia (SDM) angkatan kerja dengan pendidikan tinggi, sehingga jumlah tersebut harus ditingkatkan.

"Kita semua masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja berpendidikan tinggi. Angkatan kerja saat ini masih didominasi lulusan SMA," kata Wapres saat menyampaikan orasi ilmiah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syaichona Moh Cholil Bangkalan, Jawa Timur, Kamis.

Dalam keterangan dari Biro Pers, Media dan Informasi (BPMI) Sekretariat Wapres (Setwapres), Ma’ruf Amin menyebutkan angka SDM lulusan pendidikan tinggi baru sekitar 10-12 persen.

Baca juga: Ma'ruf Amin kunjungan kerja ke Jawa Timur
Baca juga: Menteri Koperasi: Koperasi, UMKM harus berbasis keunggulan daerah
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta pemda tingkatkan pemberdayaan UMKM


"Persentase lulusan pendidikan tinggi baru sekitar 10 persen sampai 12 persen dari 138 juta angkatan kerja pada 2020. Angkatan kerja saat ini masih didominasi lulusan SMA dengan proporsi sekitar 32 persen," jelasnya.

Meskipun jumlah angkatan kerja dengan predikat lulusan perguruan tinggi masih sedikit, Wapres mengatakan angka lulusan pendidikan tinggi mulai dari tingkat sarjana (S1) hingga doktoral (S3) mengalami kenaikan.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Badan Pusat Statistik (Sakernas BPS) Tahun 2021, persentase penduduk yang menyelesaikan studi S1 hingga S3 meningkat 2,2 persen dibandingkan pada 2011.

Oleh karena itu, kepada seluruh masyarakat lulusan pendidikan tinggi, khususnya para wisudawan STAI Syaichona Moh Cholil Bangkalan, Wapres mengingatkan untuk bersyukur dan memanfaatkan ilmu dan pendidikannya, sehingga dapat meningkatkan jumlah angkatan kerja berpendidikan tinggi.

"Saya ucapkan selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati. Ini patut Saudara syukuri. Selanjutnya adalah babak baru bagi Saudara untuk membaktikan ilmu bagi masyarakat, bangsa dan negara," ujar Wapres.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022