Orang yang tidak membuat rencana sebelum belanja semakin banyak, naik hampir dua kali lipat dari kondisi tahun 2003.
Jakarta (ANTARA News) - Hasil studi tren pebelanja yang dilakukan Nielsen selama Desember 2010 sampai Januari 2011 menunjukkan bahwa pebelanja di kota-kota besar Indonesia semakin impulsif melakukan pembelian.
"Pebelanja makin impulsif. Orang yang tidak membuat rencana sebelum belanja semakin banyak, naik hampir dua kali lipat dari kondisi tahun 2003," kata Associate Director of Retailer Services Nielsen Febby Ramaun, di Jakarta, Selasa.
Menurut studi yang dilakukan Nielsen melalui wawancara tatap muka dengan 1.804 responden, dengan belanja rumah tangga lebih dari Rp1,5 juta per bulan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan, 21 persen pebelanja mengaku tidak pernah membuat rencana belanja.
Ini jauh lebih tinggi dari angka tahun 2003 yang hanya 11 persen, ujar Febby.
"Dalam studi tahun ini, 39 persen pebelanja yang membuat daftar belanja pun mengaku selalu membeli barang-barang di luar daftar saat berbelanja. Lebih tinggi dari angka tahun 2003 yang hanya 13 persen," katanya.
Selain itu, studi Nielsen juga menunjukkan bahwa lebih dari separuh pebelanja selalu pergi ke tempat yang sama untuk berbelanja dan 85 persen diantaranya mengatakan memilih tempat yang terdekat dengan rumah mereka.
Meski demikian, 21 persen pebelanja juga mengaku mengunjungi tempat-tempat belanja yang menawarkan promosi menarik melalui koran dan selebaran, khususnya mereka yang tinggal di Jakarta dan Bandung.
Pebelanja di kota-kota besar, lanjut Febby, juga cenderung setia pada merek produk perawatan bayi dan perawatan pribadi tertentu namun tidak begitu setia dengan merek-merek minuman dan makanan ringan.
"Untuk produk dengan tingkat kesetiaan konsumen besar seperti susu bayi, retailer sebaiknya hati-hati, jangan sampai produk kosong supaya konsumen tidak pindah ke toko lain. Industri makanan dan minuman ringan sebaiknya juga hati-hati dengan stok produk mereka supaya konsumen tidak pindah ke merek lain," katanya.
Pelaku retail, menurut Febby, juga perlu merespon perubahan pelaku pebelanja dengan membuat strategi promosi yang efektif serta kegiatan lain supaya bisa lebih banyak menjual barang.
"Produsen juga perlu membuat produk inovatif dan berkerjasama lebih erat dengan retailer dalam melakukan promosi di toko," katanya. (M035)
(ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011