Kebanyakan perempuan suka keliling-keliling dan lihat-lihat barang dulu sementara pebelanja laki-laki sepertiganya tipe ambil dan pergi. Mereka cenderung tidak suka banyak bertanya.
Jakarta (ANTARA News) - Hasil studi tren pebelanja yang dilakukan Nielsen selama Desember 2010 sampai Januari 2011 menunjukkan bahwa kaum pria yang mengambil peran sebagai pebelanja utama makin banyak, meski perempuan tetap mendominasi peran tersebut.

"Satu dari empat pebelanja utama adalah pria, kebanyakan berusia produktif antara 25 tahun sampai 49 tahun. Persentase pria sebagai pebelanja utama ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," kata Associate Director of Retailer Services Nielsen Febby Ramaun di Jakarta, Selasa.

Menurut data Nielsen, pada tahun 2010 pebelanja pria masih 19 persen dari seluruh pebelanja utama dan tahun sebelumnya hanya 17 persen.

Studi yang dilakukan melalui wawancara secara acak dengan 1.804 responden yang belanja rumah tangganya di atas Rp1,5 juta per bulan di Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Medan itu juga menunjukkan bahwa kaum Adam yang menikmati kegiatan berbelanja kelontong semakin banyak.

"Yang mengejutkan, sepertiga pebelanja pria utama mengaku menyukai kegiatan berbelanja barang kebutuhan sehari-hari. Bukan barang elektronik ya, tapi barang keperluan sehari-hari seperti sabun, sampo, makanan, dan minuman," katanya.

Pelaku usaha retail dan industri, menurut Febby, perlu mencermati pertumbuhan pebelanja pria yang akan menjadi segmen prospektif bagi mereka karena kebanyakan tidak terlalu sensitif terhadap harga.

Ia mengatakan sebaiknya pelaku usaha menyusun strategi pemasaran khusus bagi para pebelanja pria karena rata-rata pria memiliki perilaku belanja yang berbeda dengan perempuan.

"Kebanyakan perempuan suka keliling-keliling dan lihat-lihat barang dulu sementara pebelanja laki-laki sepertiganya tipe ambil dan pergi. Mereka cenderung tidak suka banyak bertanya," katanya.

Oleh karena itu, ia menjelaskan, kalau mau mendapat keuntungan dari pertumbuhan pebelanja pria maka pengelola usaha retail dan pusat belanja memajang produk dengan rapi, memasang banyak tanda dan informasi produk, serta menyediakan fasilitas belanja yang nyaman dan menyenangkan.

"Intinya harus dibikin supaya mereka bisa segampang mungkin berbelanja," demikian Febby Ramaun. (M035)

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011