London (ANTARA News) - Jumlah pelaut yang tewas akibat serangan perompak Somalia meningkat dalam empat tahun terakhir, kata para aktivis, Senin.
"Sebanyak 62 pelaut tewas dalam empat tahun terakhir sebagai akibat langsung dari perompakan di Teluk Aden dan Lautan India -- dibunuh oleh perompak, bunuh diri selama penahanan, kekurangan gizi atau penyakit, tewas tenggelam, serta serangan jantung setelah pembajakan," kata organisasi SaveOurSeafarers (SOS), lapor Reuters.
SOS mengatakan, dua pelaut tewas pada 2007 akibat serangan perompak, dan pembajakan kapal memburuk sejak itu.
"Ketidakaktifan pemerintah telah membuat perompakan berkembang di luar kendali di wilayah ini," kata SOS, yang didukung oleh perusahaan-perusahaan asuransi maritim dan perkapalan serta serikat pekerja utama. "Sudah waktunya menghentikan pelanggaran hukum ini. Sudah waktunya pemerintah mengambil tindakan."
SOS mengatakan bahwa selama empat tahun terakhir, lebih dari 3.500 pelaut diculik dan disandera oleh geng-geng perompak, yang menggunakan mereka sebagai tameng manusia dan memaksa awak mengoperasikan kapal untuk difungsikan sebagai kapal induk perompak.
Penyiksaan oleh perompak telah membuat banyak pelaut mengalami trauma dan tidak sanggup melanjutkan karir mereka sebagai awak kapal, kata SOS.
Perompak Somalia biasanya membajak kapal-kapal dagang, membawanya ke kota pesisir yang mereka kuasai, dan menahan kapal-kapal itu sampai uang tebusan dibayar.
Perompakan meraja-lela di lepas pantai Somalia, yang mengacaukan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia, membuat awak dan kapal terancam bahaya serta mendorong kenaikan beaya asuransi bagi perusahaan perkapalan.
PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.
Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011