meteor Geminid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik
Jakarta (ANTARA) - Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan sejumlah fenomena astronomis menarik dapat disaksikan masyarakat Indonesia pada 2022 di antaranya bulan purnama super, gerhana bulan total dan hujan meteor.

"Bulan purnama super atau bulan purnama perige adalah fase bulan purnama yang terjadi beriringan dengan ketika Bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi atau disebut juga perige," kata Andi dalam keterangan tertulis yang diakses ANTARA di laman resmi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN di Jakarta, Rabu.

Andi yang merupakan peneliti di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN menuturkan bulan purnama super terjadi setiap tahunnya setidaknya satu kali dalam setahun.

Puncak bulan purnama super terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51.35 WIB atau 19.51.35 WITA atau 20.51.35 WIT dengan jarak 357.658 kilometer (km).

Fenomena yang sama juga dapat disaksikan pada 14 Juli 2022 pukul 01.37.23 WIB atau 02.37.23 WITA atau 03.37.23 WIT dengan jarak 357.416 km.

Bulan purnama super dapat disaksikan dari arah Tenggara hingga Barat Daya sebelum Matahari terbenam hingga setelah Matahari terbit.

Baca juga: Warga Palangka Raya antusias saksikan fenomena "super blood moon"
Baca juga: Peneliti kuak keistimewaan gerhana bulan total Super Blood Moon


Sementara itu, masyarakat dapat menyaksikan fenomena puncak hujan meteor Perseid pada 13-14 Agustus 2022.

Perseid adalah hujan meteor yang titik radiannya berasal dari konstelasi Perseus. Intensitas maksimum hujan meteor ini adalah sebesar 100 meteor per jam.

Dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 20,9° (Pulau Rote) hingga 37,8° (Sabang), intensitas hujan meteor Perseid berkurang menjadi 36 meteor per jam (Pulau Rote) hingga 61 meteor per jam (Sabang).

Titik radian Perseid terbit dari arah Timur Laut antara pukul 23.00 malam sebelumnya (untuk Sabang atau yang selintang) hingga pukul 01.00 waktu setempat (untuk Pulau Rote atau yang selintang).

Perseid dapat disaksikan hingga 25 menit sebelum Matahari terbit ketika titik radiannya berkulminasi di arah Utara. Perseid bersumber dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle.

Kecepatan meteor pada hujan meteor Perseid tersebut dapat mencapai 212.400 km per jam.

Perseid dapat diamati tanpa alat bantu optik, kecuali jika mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video. Hujan meteor itu akan tampak jelas ketika cuaca cerah, bebas penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya.

Baca juga: Ayo saksikan hujan meteor dini hari di seluruh Indonesia
Baca juga: Hujan meteor Perseid dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia

Selain itu, masyarakat dapat menyaksikan gerhana bulan total pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian+total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.

Lebar gerhana bulan total kali ini sebesar 1,3589 dengan jarak pusat umbra ke pusat Bulan sebesar 0,2570.

Gerhana tersebut termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960).

Puncak gerhana bulan dapat diamati di seluruh Indonesia kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu.

Gerhana bulan total terjadi ketika seluruh permukaan Bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi. Itu disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus.

Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.

Gerhana bulan total terjadi pada fase bulan purnama, akan tetapi, tidak semua fase bulan purnama dapat mengalami gerhana bulan.

Itu dikarenakan orbit Bulan yang miring 5,1 derajat terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar konfigurasinya dengan Bumi dan Matahari membentuk satu garis lurus.

Oleh sebab itu, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika purnama berlangsung.

Gerhana bulan total yang dapat teramati di Indonesia untuk satu dekade berikutnya akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.

Baca juga: Malam ini nikmati keindahan puncak hujan meteor Geminid
Baca juga: Peneliti Antariksa: Hujan meteor terbungsu akan terlihat awal Oktober

Selanjutnya, pada 14-15 Desember 2022, masyarakat bisa menyaksikan puncak hujan meteor Geminid. Geminid adalah hujan meteor yang titik radiantnya berasal dari konstelasi Gemini.

Intensitas maksimum hujan meteor ini sebesar 120 meteor per jam, sehingga, dengan ketinggian maksimum titik radian di Indonesia yang bervariasi antara 46° (Pulau Rote) hingga 63° (Sabang), intensitasnya berkurang menjadi 86 meteor/jam (Pulau Rote) hingga 107 meteor per jam (Sabang).

Geminid dapat disaksikan dari arah Timur Laut hingga Barat Laut sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.

Geminid bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon. Kelajuan meteor pada Geminid dapat mencapai 126.000 km per jam.

"Meteor Geminid tetap dapat diamati tanpa alat bantu optik. Pengamatan akan tampak lebih jelas ketika cuaca cerah, bebas dari penghalang di sekitar medan pandang, dan bebas dari polusi cahaya," katanya.

Baca juga: Misinformasi! Fenomena Aphelion berlangsung pada 4 Januari hingga Agustus
Baca juga: BRIN gandeng swasta bangun bandar antariksa

Baca juga: BRIN: Bandar antariksa butuh kesiapan lahan dan investasi modal

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022