Kondisi ini sudah sangat darurat, dan memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita bersama.
Dumai (ANTARA News) - Daratan Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dikabarkan terus menciut akibat abrasi pantai yang setiap tahunnya terus mengikis sebagian daratan di sana.
Seorang tokoh masyarakat Bengkalis, H Effendi, kepada ANTARA News di Kota Dumai, Senin, mengatakan bahwa abrasi yang menghantam daratan pantai Pulau Bengkalis dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan.
"Tidak sedikit masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di pesisir pantai merasa khawatir dengan terjangan abrasi yang kian hebat. Kami mengharapkan keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah ini karena daratan Bengkalis semakin menciut," katanya.
Dipantau secara kasat mata, kata dia, abrasi di Bengkalis tidak hanya "memakan" daratan sisi pantai, namun juga menggerus pinggir sungai akibat tanaman bakau yang terus berkurang.
"Jika kondisi ini terus dibiarkan, kami khawatir abrasi akan semakin ganas dan semakin cepat mengeruk daratan," kata dia.
Menurutnya, saat ini abrasi tidak hanya terjadi di pulau-pulau terluar, namun juga melanda hampir seluruh pinggir pantai Pulau Bengkalis yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Bengkalis.
"Penyelamatannya harus dilakukan dari sekarang, kami selaku masyarakat setempat juga siap untuk membantu pemerintah," katanya.
Berdasarkan data Badan Ligkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, saat ini ada sekitar 11 desa yang tersebar di lima kecamatan dari delapan kecamatan se-Kabupaten Bengkalis yang tengah dilanda abrasi berat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bengkalis, H Huzaini, mengatakan bahwa penangganan abrasi di Bengkalis tidak dapat hanya ditanggulangi oleh pemeritah kabupaten, tapi juga perlu perhatian dari Pemprov Riau dan pemerintah pusat.
"Hal ini karena penanggulangan abrasi akan memakan dana yang cukup besar, idealnya harus dilakukan dengan anggaran bersama antara pemerintah provinsi dan pusat," imbuhnya.
Tingkat laju abrasi di Bengkalis setiap tahunnya, menurut pantauan BLH, mencapai lima hingga sepuluh meter.
"Kondisi ini sudah sangat darurat, dan memang sudah sepantasnya menjadi perhatian kita bersama," kata Huzaini.
(ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011