Dalam masa transisi menuju 2050-2060, net zero yang kita canangkan, ada masa antara. Masa transisi itu dari sekarang sampai tahun 2050-2060. Maka energi yang bersih yang berasal dari fosil adalah gas

Jakarta (ANTARA) - Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar mengatakan gas menjadi opsi terbaik untuk digunakan di masa transisi untuk mewujudkan komitmen bebas emisi karbon (net zero emission) pada 2050-2060.

"Dalam masa transisi menuju 2050-2060, net zero yang kita canangkan, ada masa antara. Masa transisi itu dari sekarang sampai tahun 2050-2060. Maka energi yang bersih yang berasal dari fosil adalah gas," kata Komut PGN Arcandra Tahar dalam acara PGN Energy and Economic Outlook 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Mantan Wakil Menteri ESDM itu mengungkapkan penggunaan gas di Eropa, yang saat ini mengalami krisis energi pun, meningkat signifikan.

Eropa yang tadinya meninggalkan energi fosil untuk menggunakan energi hijau dari matahari dan angin, kini kembali memanfaatkan sumber gas alam.

Pasalnya, di tengah permintaan yang meningkat karena pulihnya kondisi pascapandemi, ternyata kapasitas energi yang dihasilkan dari sinar matahari dan angin tidak mencukupi kebutuhan benua biru.

"Dan Eropa pun sekarang mulai kembali. Saya dapat data, gas di Norwegia yang tadinya di-inject ke dalam, sekarang sudah dipakai lagi untuk kebutuhan market. Pipa gas yang dibangun dari Rusia ke Eropa Barat juga dinanti-nantikan untuk bisa on stream," katanya.

Baca juga: PGN optimalkan pemanfaatan gas bumi di masa transisi energi

Kondisi tersebut, jelas Arcandra, menunjukkan kebutuhan gas di Eropa pun akan sangat signifikan dalam masa transisi.

"Artinya kesempatan kita dalam masa transisi untuk lebih menggunakan gas (lebih tinggi) karena jauh lebih bersih dibanding dibandingkan batu bara dan diesel," katanya.

Kendati gas tidak sepenuhnya bersih karena berbasis fosil, Arcandra menilai sumber energi itu bisa digunakan di masa transisi dan dikombinasikan dengan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal itu lantaran listrik dari gas hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk masuk ke jaringan listrik utama. Sementara jika menggunakan PLTU, dibutuhkan waktu 10-11 jam sampai listrik masuk dalam jaringan dan bisa digunakan jika listrik dari sumber EBT habis atau tidak bisa digunakan.

"Jadi apa yang punya performance yang kurang lebih sama dengan batu bara? Untuk masa transisi adalah gas, tapi untuk renewable energy (di masa depan), ya geothermal. Geothermal bisa berfungsi seperti batu bara yang bisa hasilkan energi sepanjang waktu. Tidak bergantung pada ada matahari atau tidak, dan tidak bergantung pada ada angin atau tidak," ungkap Arcandra Tahar.

Baca juga: PGN perkuat infrastruktur dan pasokan gas bumi, dukung transisi energi


Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022