Jakarta (ANTARA) - Magawa, tikus pengendus ranjau di Kamboja yang menemukan lebih dari 100 ranjau dan bahan peledak selama lima tahun mengabdi, telah mati pada usia 8 tahun.
Magawa, yang mati pada akhir pekan, adalah salah satu "HeroRAT" tersukses yang dikerahkan oleh badan amal internasional APOPO, yang mengerahkan tikus berkantung raksasa Afrika untuk mendeteksi ranjau darat dan TBC.
Baca juga: Tekan sebaran COVID-19, situs kuil Angkor ditutup 2 minggu
"Magawa dalam kondisi sehat dan melewatkan pekan terakhirnya bermain dengan semangat seperti biasa, tapi jelang akhir pekan dia mulai lemas, lebih sering tidur dan tidak terlalu berminat terhadap makanan pada hari-hari terakhirnya," kata organisasi nirlaba dalam pernyataan.
Kamboja adalah salah satu negara dengan ranjau darat paling banyak di dunia, dengan lebih dari 1.000 km persegi tanah masih terkontaminasi.
Kamboja punya jumlah orang yang diamputasi terbanyak per kapita, lebih dari 40.000 orang kehilangan anggota badan akibat ledakan.
Untuk menggambarkan risiko ekstrem di negara itu, tiga warga Kamboja yang bekerja membersihkan ranjau tewas pada hari Senin di provinsi Preah Vihear, yang berbatasan dengan Thailand.
Tiga orang dari kelompok Ranjau Swadaya Kamboja tewas akibat ledakan dari ranjau anti-tank, yang juga melukai dua orang lainnya, kata Heng Ratana, direktur jenderal Pusat Aksi Ranjau Kamboja.
APOPO mengatakan kontribusi Magawa memungkinkan masyarakat di Kamboja hidup, bekerja, dan bermain dengan lebih aman.
"Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi masyarakat Kamboja," kata APOPO.
Tikus berkantung raksasa Afrika bahkan menerima medali emas pada 2020 dari People's Dispensary for Sick Animals Inggris untuk "keberanian menyelamatkan nyawa dan pengabdian pada tugas".
Magawa, yang pensiun pada Juni 2021, lahir di Tanzania dan pindah ke Siem Reap di Kamboja pada 2016 untuk mulai membersihkan ranjau.
"Seorang pahlawan telah beristirahat selama-lamanya," kata APOPO.
Baca juga: Kamboja genjot industri halal lewat lembaga sertifikasi
Baca juga: Kemenpar promosikan destinasi unggulan ke Laos dan Kamboja
Baca juga: Kamboja juga kembangkan wisata halal
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022