Makassar (ANTARA) - Provinsi Sulawesi Selatan sudah memiliki 235 kampung iklim, kampung yang warganya menjalankan upaya mitigasi dan adaptasi guna mengurangi dampak perubahan iklim.
Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan Andi Hasbi Nur di Makassar, Selasa, menjelaskan bahwa Program Kampung Iklim (Proklim) merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan keterlibatan warga dalam upaya mitigasi dan adaptasi guna menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak perubahan iklim.
"Bagaimana menciptakan masyarakat itu beradaptasi dengan kondisi perubahan iklim dan melakukan kegiatan mitigasi terhadap perubahan iklim," katanya.
Proklim mencakup pelaksanaan upaya adaptasi dan mitigasi.
Upaya adaptasi terdiri atas pengendalian kekeringan, banjir, tanah longsor; peningkatan ketahanan pangan; antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi, dan gelombang tinggi; serta pengendalian penyakit terkait iklim.
Mitigasi yang dilaksanakan meliputi pengelolaan sampah dan limbah, penggunaan energi baru terbarukan dan konservasi energi, budi daya pertanian rendah emisi gas rumah kaca, peningkatan tutupan vegetasi, serta pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Andi mengatakan bahwa Proklim mulai dilaksanakan tahun 2013 di Sulawesi Selatan dan jumlah kampung iklim yang semula hanya delapan kini sudah bertambah menjadi 235.
Menurut dia, kampung iklim paling banyak ada di Kabupaten Bone dengan 42 kampung iklim, diikuti Kabupaten Maros dan Enrekang dengan masing-masing 28 kampung iklim, dan Kabupaten Gowa dengan 27 kampung iklim.
Di wilayah Sulawesi Selatan, ia mengatakan, hanya Kabupaten Selayar dan Kabupaten Pinrang yang belum memiliki kampung iklim.
Baca juga:
KLHK tingkatkan peran masyarakat untuk mitigasi perubahan iklim
KLHK targetkan penambahan 5.000 Kampung Iklim pada 2022
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022