Untuk omzet per bulan berada pada kisaran Rp10 juta hingga Rp15 juta
Kota Batu, Jawa Timur (ANTARA) - Remaja asal Kota Batu, Jawa Timur, Muhammad Fachri Husein, berusia 15 tahun menangkap peluang bisnis dengan beternak burung kicauan jenis Murai Batu (Copsychus malabaricus) dan meraup omzet hingga jutaan rupiah per bulan.
Fachri, siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2, di Kota Batu, Jawa Timur, Selasa mengatakan, peluang bisnis untuk beternak burung kicauan itu dimulai dari hobi yang diawali oleh orang tua Fachri yang mengikuti lomba burung berkicau.
"Saya beternak mulai pertengahan 2018, awalnya hanya mencoba saja. Ini semua berawal dari lomba burung kicauan, kemudian saya mencoba untuk beternak," kata Fachri.
Menurut dia, burung Murai Batu hasil ternak tersebut sudah bisa dijual kepada peminat burung kicauan saat berusia tiga bulan. Harga seekor burung Murai yang dijualnya berkisar antara Rp4 juta hingga Rp6 juta.
Harga seekor Murai Batu juga bisa lebih tinggi jika hasil ternak itu berasal dari indukan yang sempat memenangkan kontes burung berkicau. Omzet yang dihasilkan dari ternak burung kicauan tersebut berkisar antara Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan.
"Untuk omzet per bulan berada pada kisaran Rp10 juta hingga Rp15 juta," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk seekor Murai Batu hasil ternak yang berasal dari indukan pemenang kontes burung berkicau, bisa dijual dengan harga mencapai Rp25 juta. Harga tinggi itu disebabkan trah indukan dan postur burung yang sangat baik.
Untuk pemasaran burung hasil ternak tersebut, lanjutnya, biasanya akan dipasarkan pada kelompok-kelompok atau komunitas pecinta burung berkicau. Peminat burung Murai Batu hasil ternak berasal dari wilayah Jawa Timur hingga Jakarta.
"Untuk penjualan ke daerah Jawa Timur dan Jakarta juga ada. Penjualan melalui komunitas. Paling mahal pernah untuk anakan Murai Batu dengan harga Rp25 juta, yang membuat mahal karena dari indukannya dan posturnya bagus," ujarnya.
Saat ini, remaja kelas IX SMPN 2 tersebut memiliki delapan pasang indukan di belakang rumahnya yang berada di Kelurahan Ngaglik, Kacamatan Batu. Ia mengurus burung-burung tersebut biasanya pada sore hari usai bersekolah.
Ia menambahkan, untuk pengembangbiakan dan perawatan burung Murai Batu sendiri juga terbilang mudah. Untuk perawatan, ia memberikan makanan satu kali setiap hari dan membersihkan sangkar.
Sementara untuk pengembangbiakan, lanjutnya, ia hanya meletakkan sepasang burung Murai Batu dalam satu kandang saat sudah siap dikawinkan. Dari satu pasangan Murai Batu, biasanya akan menghasilkan 2-4 telur.
"Saya merawat saat sore hari sepulang sekolah. Memberi makan dan membersihkan kandang. Menurut saya ini lebih mudah dibanding burung lainnya," kata Fachri.
Baca juga: Harga burung juara berkicau bisa capai Rp600-700 juta
Baca juga: Bergaya kasual, presiden saksikan lomba burung berkicau di Bogor
Baca juga: Burung khas Bangka Selatan terancam punah
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022