Jakarta (ANTARA News) - Nahdlatul Ulama (NU) menilai Indonesia sedang dilanda bencana moral yang serius. Hal tersebut ditandai dengan maraknya pornografi, perilaku korup dan manipulatif, serta pelanggaran berbagai nilai dan norma agama, adat istiadat, budaya, serta etika kemanusiaan.
"Kita mencatat belakangan ini makin intensif terjadi proses kemerosotan moralitas sehingga masyarakat dapat dikategorikan sudah dilanda sebuah bencana moral yang serius," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat menyampaikan pidato kebangsaan dalam acara `peluncuran awal` peringatan Hari Lahir ke-85 NU di kantor PBNU, Jakarta, Sabtu.
Sejumlah tokoh nasional hadir dalam acara itu, antara lain Taufik Kiemas, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, dan Wiranto. Hadir pula sejumlah duta besar dan perwakilan negara sahabat.
Said Aqil mengatakan, saat ini semakin banyak orang yang dengan bebas membuka aib dan rahasia pribadi serta menyebarluaskan fitnah secara tidak bertanggung jawab.
Semua itu, lanjut Said Aqil, menjadi bahan pergunjingan yang kontraproduktif di tengah masyarakat.
"Hal ini menandakan telah mengendornya kontrol sosial dan semakin permisifnya masyarakat terhadap berbagai penyimpangan sosial," katanya.
Dikatakannya, pudarnya ikatan keluarga telah mengakibatkan semakin merenggangnya ikatan sosial, sementara merenggangnya ikatan sosial telah semakin memperlemah kontrol sosial.
"Sehingga dengan demikian berbagai pelanggaran tata nilai dan norma-norma sosial sulit diatasi," katanya.
Memudarnya ikatan sosial, lanjut Said Aqil, menjadi lahan subur bagi tumbuhnya individualisme, apalagi di tengah masyarakat berkembang dengan subur paham liberalisme.
Oleh karena itu, NU mengajak semua elemen bangsa untuk memperkuat tiga hal dasar. Pertama, memperkuat kembali tatanan keluarga dengan mengacu pada ajaran-ajaran agama.
Kedua, menumbuhkan kembali nilai-nilai kebersamaan dan kegotong-royongan.
Ketiga, merevitalisasi sistem sosial yang lebih berorientasi kolektivisme sebagaimana yang secara filosofis diletakkan oleh para pendiri bangsa dan negara Indonesia.
(S024/Z002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011