Lima (ANTARA) - Peru mencatat 70.000 infeksi COVID-19 tertinggi sepanjang masa pada minggu pertama Januari, kata pejabat kesehatan, Senin, ketika gelombang ketiga pandemi yang didorong varian Omicron virus corona menyebar ke seluruh negara Andes itu.

Dante Cersso, seorang pejabat kesehatan pemerintah, mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah kasus mingguan baru telah melampaui rekor sebelumnya, 67.107 kasus selama minggu kedua April tahun lalu.

Pada saat itu, Peru sedang mengalami gelombang kedua yang brutal hingga membuat negara itu menderita dengan tingkat kematian per kapita terburuk di dunia, menurut Universitas Johns Hopkins. Sekitar 0,5 persen populasi Peru telah meninggal karena COVID-19.

Jumlah kematian belum melambung dengan lonjakan kasus baru-baru ini, menurut data dari Kementerian Kesehatan Peru.

Negara-negara lain juga telah melaporkan lebih sedikit kematian terkait dengan melejitnya infeksi Omicron.

Lebih dari 65 persen populasi Peru telah menerima dua dosis vaksin COVID-19, menurut Our World in Data. Peru juga menawarkan suntikan booster atau penguat untuk semua orang dewasa tiga bulan setelah mereka menerima suntikan kedua.

Sementara Amerika Selatan digempur oleh gelombang pandemi sebelumnya, kawasan itu telah muncul sebagai wilayah di dunia yang paling banyak melakukan vaksinasi.

Negara-negara terdekat seperti Bolivia dan Argentina juga telah melaporkan rekor jumlah kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir karena varian Omicron yang sangat menular.

Peru memperketat beberapa pembatasan terkait pandemi minggu lalu untuk meredakan lonjakan baru infeksi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Peru laporkan kematian pertama 'flurona', gabungan flu dan corona

Baca juga: Peru peringatkan lonjakan cepat kasus Omicron

Bolivia dan Peru didera hujan salju yang tidak biasa

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022