Bencana alam banjir masih sering menjadi langganan warga Bula, Ibu Kota Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), seperti yang kembali menimpa mereka yang menetap di bantaran Sungai Wailoa
Ambon (ANTARA) - Anggota DPRD Provinsi Maluku asal daerah pemilikan (Dapil) Kabupaten Seram Bagian Timur F Alimudin Kolatlena meminta pemerintah daerah itu serius menangani persoalan banjir di Bula yang menjadi langganan karena sering terjadi,.
"Bila bencana alam seperti ini sering terjadi maka seharusnya pemerintah kabupaten sudah mengambil langkah antisipatif sejak dini agar tidak menyengsarakan warganya," katanya di Ambon, Senin.
Bencana alam banjir, kata dia, masih sering menjadi langganan warga Bula, Ibu Kota Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), seperti yang kembali menimpa mereka yang menetap di bantaran Sungai Wailoa.
"Buktinya pada Minggu, (2/1) 2022, puluhan rumah warga di Dusun Wailola dan Dusun Waigondal, Desa Bula kembali terendam banjir," katanya.
Terendamnya puluhan rumah warga pada dua lokasi itu akibat wilayah tersebut diguyur hujan lebat dengan intensitas tinggi selama beberapa hari menyebabkan air sungai meluap dan menggenani permukiman penduduk.
Selain menggenangi puluhan rumah warga, banjir yang disebabkan akibat luapan sungai itu juga mengakibatkan sejumlah ruas jalan utama di Kota Bula tergenang dan sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas.
"Bencana banjir seperti itu bukan merupakan hal baru karena setiap tahun terjadi di saat tiba musim penghujan, namun Pemkab SBT lamban melakukan antisipasi," katanya menegaskan.
Namun di sisi lain, ia juga mengapresiasi langkah Pemkab SBT melalui Dinas PUPR yang mendatangi pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku guna membicarakan proses penanganan banjir di Kota Bula.
"Belum lama ini memang sudah ada langkah koordinasi antara Pemkab SBT dengan pihak BWS, namun sebenarnya langkah itu terkesan lamban dan sudah timbul keributan warga," katanya.
Untuk itu, ia kembali menegaskan agar Pemkab SBT untuk lebih serius menangani persoalan banjir tersebut.
"Sebab bukan saja soal kerugian yang dirasakan masyarakat, namun nyawa juga bisa terancam," demikian F Alimudin Kolatlena.
Baca juga: Dua penderita gizi buruk di RSUD Bula telah dipulangkan ke rumah
Baca juga: Warga Bula tidak rasakan guncangan gempa magnitudo 5,2
Baca juga: Putusan politik DPRD provinsi harus prorakyat Seram Bagian Timur
Baca juga: Tiga warga SBT meninggal akibat diare dan gizi buruk
Baca juga: Pemkab SBT bagikan 1.500 kupon untuk warga miskin
Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022