"Makin nekatnya para penjahat bukan dikarenakan kelengahan aparat kepolisian yang bertugas di lapangan, melainkan kualitas kejahatan yang meningkat," kata Imam, di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, kriminalitas yang meningkat karena dipengaruhi pola perilaku masyarakat yang makin protektif menjaga diri, keluarga, dan barang berharganya.
"Peningkatan kewaspadaan itu yang kemudian membuat aksi kejahatan dengan senjata tajam menjadi kurang ampuh menakuti korban," katanya.
Akibatnya, kata dia, para penjahat membekali dirinya dengan senjata api. Cara ini dilakukan dengan harapan korban mereka takut dan tak berbuat macam-macam apalagi melawan ketika mereka melakukan aksi kejahatan.
Dikatakan Imam, sepanjang pertengahan Juni 2011 telah terjadi dua kasus penembakan oleh kawanan bersenjata hingga menewaskan dua orang.
Korban pertama adalah Ajun Inspektur Polisi Dua Sugiantoro yang tewas saat tengah melakukan patroli rutin di Kelurahan Jatiranggon, Kecamatan Jatisampurna pada 1 Juni 2011.
Anggota unit kendaraan bermotor satuan reserse kriminal Polresta Bekasi Kota itu tewas dengan luka tembak di kepala yang menembus dari bagian kiri muka dekat tulang hidung ke kepala bagian kanan atas.
Kemudian yang baru terjadi pada 13 Juni 2011 di Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Mustikajaya menewaskan remaja berusia 18 tahun Abdul Choer dengan luka tembak di dada kirinya hingga tembus ke punggung kanan saat mencoba menghentikan kawanan pencuri yang akan membawa kabur sepeda motor sang paman.
"Penjahat-penjahat itu juga menjadi makin nekat karena desakan ekonomi. Jadinya, apa pun dilakukan meski harus melukai, bahkan menghilangkan nyawa orang lain," kata Imam.
Dia menambahkan, pihaknya belum menemukan titik terang dalam upaya pengungkapan kedua kasus tersebut. Uji balistik terhadap proyektil peluru yang ditemukan di masing-masing lokasi kejadian pun belum ada hasilnya. (AFR/A027/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011