Semarang (ANTARA) - Minat berwisata makin tinggi seiring dengan zona hijau Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) makin meluas di Tanah Air.

Bahkan, Indonesia dikategorikan sebagai negara di zona hijau (daerah yang tidak terdapat penularan kasus COVID-19) menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Maksudnya Indonesia dilihat sebagai negara dengan insiden COVID-19 yang rendah dan aman untuk dikunjungi. (Vide: covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/menurut-cdc-amerika-serikat-indonesia-masuk-zona-hijau)

Hingga periode 31 Oktober 2021 di Provinsi Jawa Tengah, misalnya, dari 35 kabupaten dan kota di provinsi berpenduduk sekitar 36,6 juta jiwa tersebut, tercatat 19 daerah mencatatkan nol kasus penularan COVID-19. (Sumber: ANTARA, 2 November 2021)

Dengan berkurangnya zona merah (daerah berisiko besar penularan kasus COVID-19), zona oranye (daerah berisiko sedang penularan kasus COVID-19), dan zona kuning (daerah berisiko kecil penularan kasus COVID-19), kemudian makin meluasnya zona hijau, kebangkitan di sektor pariwisata awal tahun ini mulai bergeliat.

Peningkatan jumlah pengunjung ini juga terjadi pada Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pada liburan akhir tahun 2021 meningkat daripada jumlah pengunjung pada tahun 2020.

Baca juga: Pandemi mereda, pemerintah pacu pengembangan pariwisata berkualitas

Disebutkan oleh General Manager Taman Wisata Candi Borobudur Aryono Hendro di Magelang, Sabtu (1/1), masa ramai pengunjung akhir tahun periode 22-31 Desember 2021 di Candi Borobudur mencapai 48.017 orang, sedangkan periode yang sama 2020 sebanyak 31.507 orang.

Pandemik Kian Reda

Situasi pandemik yang kian mereda di akhir tahun 2021, banyak orang tua yang ingin sekali mengajak anaknya berlibur ke luar kota. Namun, mungkin ada orang tua yang masih ragu-ragu atau bingung mencari tempat berlibur yang disukai anaknya.

Setelah hampir dua tahun lamanya sering di rumah, tentu saja anak menyukai tempat yang lingkungannya berbeda dengan situasi rumahnya. Apa saja kriteria tempat yang disukai anak?

Hasil diskusi antara pendiri SM Surau Merantau Tangerang Andri Fajria dan Dr. Bambang Setiabudi (pakar arsitektur Islam dari ITB) di Tangerang, Sabtu (8/1), disebutkan bahwa tempat yang disukai oleh semua orang, termasuk anak-anak, adalah tempat yang serupa dengan surga, seperti yang diceritakan dalam Alquran.

Apa sajakah itu? Yakni, pertama, suhu yang sejuk. Pengunjung akan merasa lebih nyaman dalam lingkungan yang sejuk daripada panas.

Kedua, banyak tanaman dan pepohonan. Mata pengunjung lebih nyaman melihat warna hijau pepohonan atau warna-warni bunga daripada di lingkungan tandus dan gersang.

Ketiga, sungai dengan suara gemericik air. Sungai yang mengalir yang digambarkan tentang surga adalah sungai yang bersih (enak dipandang mata) dan bersuara gemercik (enak didengar telinga).

Baca juga: Indef: Pemulihan ekonomi bisa cukup cepat jika pandemi COVID mereda

Keempat, ada tempat bersandar/berbaring. Salah satu gambaran surga adalah adanya dipan tempat bersandar. Dalam istilah sekarang mungkin bisa dianggap sebagai tempat leyeh-leyeh untuk bersantai.

Tempat bersantai ini bisa berupa sofa yang dilengkapi dengan bantal, permadani dengan bantal, kursi goyang, atau berupa hammock (tempat tidur gantung) yang digantungkan di antara dua pohon.

Duduk dengan punggung tegak adalah situasi serius, atau ingin buru-buru. Pada rumah makan Padang, jarang ditemui tempat duduk lesehan karena pengunjung rumah makan padang ingin cepat.

Sementara itu, pada rumah makan Sunda banyak yang menyediakan tempat duduk lesehan karena pengunjung ingin menikmati suasana santai dengan iringan seruling dan kecapi.

Kelima, sambil memakan buah-buahan segar. Hal ini dapat juga diartikan sebagai kegiatan kuliner.

Suasana Artifisial

Banyak tempat yang saat ini menawarkan suasana yang artifisial (buatan) dan kontemporer. Namun, menurut penemu talents observation Andri Fajria, genre tersebut hanya disukai oleh kelompok tertentu atau pada masa tertentu saja.

Investasi untuk membuat tempat bermain atau hotel yang lingkungannya aritifisial, menurut Dr. Bambang, membutuhkan modal yang sangat besar. Namun, pengunjung yang sama hanya akan berkunjung sekali atau beberapa kali saja. Hal ini berbeda dengan tempat-tempat yang menawarkan kenyamanan alami dengan kriteria di atas.

Baca juga: Pengelola Borobudur belum targetkan jumlah kunjungan wisata 2022

Bagaimana dengan pemanfaatannya di sekolah? SM Surau Merantau sebagai sekolah yang mengembangkan journey based learning (pembelajaran berbasis perjalanan) dan talents based learning (pembelajaran berbasis bakat) sangat memperhatikan variasi tempat belajar.

Melalui kegiatan luar ruangan bersama teman-temannya, kata Andri Fajria, siswa dapat melatih keterampilan kerja sama dalam menyediakan makanan atau berbagi tugas lainnya. Dalam lingkungan yang nyaman ini, siswa dapat mengasah kepekaan hatinya terhadap lingkungan di sekitarnya.

Dalam suasana ingar-bingar dan sangat sibuk, menurut ahli observasi anak usia dini ini, hati anak-anak mungkin menjadi kurang sensitif terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.

Dalam kegiatan luar ruangan ini anak bisa berlatih mendengarkan suara air, angin, atau deburan ombak. Anak juga mengasah rasa syukur kepada Yang Maha Pencipta atas semua kenikmatan yang mereka rasakan.

Kemandirian, lanjut dia, salah satu tujuan pendidikan. Kemandirian menumbuhkan rasa percaya diri pada anak sehingga selanjutnya akan menumbuhkan banyak potensi lainnya.

Salah satu cara untuk melakukan stimulasi kemandirian pada anak adalah melalui kegiatan luar ruangan. Dalam kegiatan ini anak berusaha memenuhi kebutuhan makannya dengan cara memasak sendiri.

Dalam lingkungan kegiatan luar ruangan, anak dapat belajar menyukai makanan buah segar dengan rasa manis atau sedikit asam. Selain baik untuk pencernaan, kandungan vitamin yang terkandung dalam buah-buahan juga dapat memperkuat imunitas tubuh.

Kadang-kadang anak kota yang terbiasa menyantap makanan instan belum terbiasa atau bahkan belum pernah memakan buah segar. Maka, ini adalah kesempatan yang baik untuk membiasakan makanan sehat kepada mereka.

Baca juga: Perubahan perilaku saat pandemi tantangan terapkan gaya hidup sehat
Baca juga: Bahlil: Stabilitas ekonomi-politik dibutuhkan untuk pulih dari pandemi
Baca juga: UNICEF: Anak-anak tidak bisa dipisahkan dari pemulihan pandemi

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022