"Ideologi sangat penting untuk mengelola negara dan bangsa ini. Kita tidak boleh pesimis tapi optimis untuk membangun bangsa ini," kata Taufiq saat Silaturahmi Tokoh Nasional di PP Muhammadiyah yang membahas mengenai "Mencegah Kebangkrutan Negara di Jakarta, Kamis.
Ia menilai banyaknya persoalan yang terjadi belakangan ini kemungkinan negara berjalan tanpa ideologi.
"Saat ini ideologi Pancasila mulai ditinggalkan. Pemerintah dan DPR yang paling tepat disalahkan," tuturnya seraya mengatakan MPR sudah secara "mati-matian" mensosialisasikan tentang pentingnya empat pilar, yakni kebangsaan, yakni UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Saat ini jumlah APBN mencapai Rp1.300 Triliun, namun pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kondisi negara yang menuju kebangkrutan.
"Uang banyak tapi tidak bisa berbuat apa. Namun, malahan menjadi sasaran tindak korupsi," katanya.
Menurut dia, para ekonom harus memikirkan bagaimana caranya ideologi Pancasila bisa masuk ke dalam bidang ekonomi sehingga arah perekonomian Indonesia lebih jelas.
Pengamat ekonomi, Rizal Ramly, mengatakan, eknomi tanpa ideologi hanya menguntungkan ekonomi yang kuat dan merugikan yang lemah.
"Ini yang terjadi selama ini. Ideologi akan memberikan arah perekonomian yang baik," ujarnya.
Selain masalah ekonomi, lanjut dia, kebangkrutan negara juga bisa disebabkan oleh kepemimpinan yang tidak memiliki karakter dan strategi.
"Dengan kepemimpinan yang berkarakter dan strategis, maka kebangkrutan bisa diatasi dan perekonomian tidak kehilangan arah," ucapnya.
Tokoh nasional yang hadir di acara silaturahmi tersebut antara lain, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua MPR Taufiq Kiemas, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatulloh Azyumardi Azra, mantan Rektor UGM Sofyan Effendi, Rizal Ramli, Bambang Sudibyo.
Selain itu, budayawan Taufik Ismail, Marwah Daud Ibrahim (ICMI), Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi, Kwik Kian Gie, dan lainnya.
(S037/S024)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011