London (ANTARA) - Presiden Kazakhstan harus bergerak cepat mengonsolidasikan kekuasaannya setelah memutuskan hubungan dengan pendahulunya yang kuat saat negara itu pekan lalu dilanda kekerasan paling mematikan dalam 30 tahun kemerdekaannya dari Moskow, kata seorang mantan perdana menteri, Minggu.

Ketika pengunjuk rasa membakar gedung-gedung di kota terbesar Almaty Rabu lalu, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mencopot Nursultan Nazarbayev sebagai kepala Dewan Keamanan yang digdaya, posisi yang dimanfaatkan Nazarbayev, 81 tahun, untuk terus mengendalikan kekuasaan meskipun sudah tidak menjadi presiden sejak 2019.

Sebanyak 164 orang dilaporkan telah tewas dan lebih dari 6.000 ditahan dalam peristiwa yang disebut Tokayev sebagai operasi kontra-teroris. Pembersihan di kalangan aparat keamanan sekarang sedang berlangsung di negara penghasil minyak dan uranium di Asia Tengah itu.

Mantan perdana menteri Akezhan Kazhegeldin mengatakan kepada Reuters bahwa Tokayev, yang memerintah sejak 2019 di bawah bayang-bayang pria yang mendominasi negara itu selama tiga dekade sebelumnya, perlu menghilangkan keraguan tentang siapa yang benar-benar berkuasa.

Baca juga: Pemerintah Kazakhstan: 164 orang meninggal selama kerusuhan

"Saya pikir banyak orang di jejaring sosial, kritikus, terus mengatakan dia adalah calon Nazarbayev, bahwa Nazarbayev berdiri di belakangnya dan memanipulasi dia," katanya.

"Sekarang dia memiliki kekuasaan eksekutif formal yang lengkap, pertanyaannya adalah bagaimana dia akan menggunakannya. Dia perlu mengambil alih komando."

Kazhegeldin menjabat sebagai perdana menteri di bawah Nazarbayev pada 1990-an, ketika Tokayev menjadi menteri luar negeri, tetapi berhenti karena kegelisahan tentang korupsi dan sekarang tinggal di pengasingan di Inggris.

Dia mendesak Tokayev untuk menyelidiki dengan cepat, membawa mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan ke pengadilan, dan mendengarkan tuntutan rakyat untuk reformasi.

Baca juga: Rusia marah atas komentar Blinken tentang pasukan di Kazakhstan

"Jika dia melakukannya dalam waktu singkat, dia dapat mengandalkan dukungan warga dalam pemilihan. Jika tidak, orang akan menyalahkan semua masalah dan semua yang terjadi baru-baru ini padanya."

Nazarbayev, mantan bos Partai Komunis, mengumpulkan kekayaan besar selama beberapa dekade berkuasa, memegang kekuasaan melalui apa yang digambarkan Kazhegeldin sebagai sistem puak.

Dia mengatakan faksi Nazarbayev yang "sakit hati" akan berusaha untuk kembali melakukan mobilisasi jika diberi kesempatan.

"Orang-orang yang baru saja dikalahkan itu sangat kaya. Mereka memiliki modal besar di luar negeri, termasuk di Inggris," katanya.

Baca juga: Diduga berkhianat, mantan pejabat keamanan Kazakhstan ditangkap

"Uang ini harus dikembalikan ke negara dan digunakan untuk mengembangkan ekonomi. Jika ini tidak dilakukan, orang-orang ini akan menggunakan uang itu untuk mengacaukan situasi di negara ini."

Nazarbayev tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar tetapi juru bicaranya mengeluarkan pernyataan pada Minggu untuk menghilangkan kesan adanya keretakan antara dia dan Tokayev.

Dia mengatakan Nazarbayev telah memilih untuk menyerahkan jabatan dewan keamanannya ke Tokayev untuk membantu meredakan krisis, dan kedua pria itu selalu "di sisi barikade yang sama".

Sumber: Reuters
​​​​​​​
Baca juga: Xi Jinping kirim pesan lisan kepada presiden Kazakhstan
Baca juga: Presiden Kazakhstan perintahkan tembak mati "teroris"

Presiden Kazakh bersumpah tidak akan bicara dengan teroris

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022