Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia memprediksi negara-negara berkembang seperti Indonesia akan berperan dalam pertumbuhan ekonomi global, didukung perkembangan kelas menengah muda pada 2025.
"Keuntungan dari Indonesia adalah kelas menengah muda yang produktif dan ini merupakan kelebihan demografis karena di masa mendatang Indonesia memiliki sumber daya manusia potensial," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia, Mansoor Dailami, dalam laporannya di Jakarta, Rabu.
Dengan makin membesarnya kelas menengah di negara-negara berkembang, menurut dia, maka tren konsumsi akan semakin meningkat dan hal ini secara bertahap akan menjadi sumber pertumbuhan global yang berkelanjutan.
"Dibandingkan negara berkembang lainnya, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat bahkan mencapai tujuh juta orang per tahun," ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan Indonesia memiliki berbagai keuntungan lainnya seperti stabilitas politik yang mulai membaik, sumber daya alam melimpah dan pengelolaan ekonomi makro yang lebih bijaksana.
"Dalam jangka panjang, Indonesia memiliki keuntungan dari peningkatan harga komoditas yang didukung oleh kestabilan politik," ujarnya.
Mansoor menjelaskan Indonesia juga memiliki tantangan lain yang harus diperhatikan, seperti meningkatkan sektor pendidikan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang lebih kompetitif.
Kemudian mengurangi beban subsidi yang dialihkan untuk sektor pendidikan dan kesehatan serta memanfaatkan arus modal masuk untuk pembangunan sarana infrastruktur.
"Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia juga perlu untuk meningkatkan transparansi dalam pelayanan birokrasi sebagai penerapan tata kelola pemerintahan yang baik," ujarnya.
Secara keseluruhan untuk memainkan peranan dalam pertumbuhan ekonomi global masih banyak yang harus dilakukan Indonesia dalam rangka memperkuat lembaga negaranya dalam sektor ekonomi, keuangan dan sosial.
"Dalam mengelola integrasi global, koordinasi kebijakan antar sentra-sentra pertumbuhan perlu ditingkatkan agar perekonomian tetap stabil," ujar Mansoor.
Dalam laporan berjudul Multipolarity: The New Global Economy ini, Mansoor memprediksi Indonesia bersama dengan Brasil, China, India, Korsel, dan Rusia melalui transaksi komersil serta finansial akan mendorong pertumbuhan negara-negara berpendapatan rendah.
Menurut dia, keenam negara tersebut akan tumbuh rata-rata 4,7 persen per tahun antara 2011 hingga 2025, sementara negara-negara maju diproyeksikan hanya tumbuh 2,3 persen pada periode yang sama.
Kendati demikian, kawasan Euro, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat akan tetap memegang peranan inti dalam mendorong pertumbuhan global.
"Akibat pertumbuhan yang begitu pesat di sejumlah negara berkembang, kini sentra-sentra pertumbuhan ekonomi tersebar di sejumlah negara maju dan berkembang. Dunia kini telah menjadi sangat multipolar," ujar Mansoor.
Laporan ini juga mengulas keberagaman negara-negara berkembang yang berpotensi menjadi sentra pertumbuhan.
China dan Korea Selatan pada umumnya sangat bergantung kepada ekspor, sedangkan Brasil, seperti halnya Indonesia, lebih fokus kepada konsumsi domestik.
Perdagangan internasional secara umum untuk negara-negara berkembang akan meningkat signifikan menjelang 2025.
Nilai impor Indonesia contohnya, diperkirakan akan meningkat 1,5 kali lipat sebelum 2025, sementara nilai ekspor diperkirakan meningkat dua kali lipat antara 2011 hingga 2025.
Pada kurun waktu yang sama, perdagangan global sebagai kontribusi terhadap kontribusi perekonomian global diperkirakan naik dari 49,9 persen menjadi 53,6 persen. (.)
(T.S034/B/A027/A027) 15-06-2011 14:47:41
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011