Jakarta (ANTARA) - Pengacara Novak Djokovic mengungkap bahwa petenis nomor satu dunia itu pernah terkena COVID-19 bulan lalu tetapi tidak mengalami gejala dan telah mendapat izin tertulis dari departemen imigrasi Australia sebelum melakukan perjalanan ke negara tersebut dengan pengecualian medis dari aturan vaksinasi.

Djokovic, yang berada dalam tahanan imigrasi di Australia setelah visanya dibatalkan pada saat kedatangan, Kamis, mengembalikan hasil tes positif virus corona pada 16 Desember 2021.

Namun menurut pengajuan pengadilan, dikutip dari Reuters, Sabtu, 14 hari setelah dinyatakan positif COVID-19, Djokovic "tidak mengalami demam atau gejala pernapasan COVID-19 pada 72 jam terakhir."

Pada 1 Januari, bintang tenis Serbia itu menerima "sebuah dokumen dari Departemen Dalam Negeri (yang) memberi tahu Djokovic bahwa 'tanggapan terhadap dirinya menunjukkan bahwa (dia memenuhi) persyaratan untuk kedatangan bebas karantina ke Australia'," menurut dokumen pengajuan pengadilan.

Djokovic, yang secara blak-blakan mengkritik vaksinasi wajib, tidak pernah mengungkapkan status vaksinasinya sendiri. Dia menentang pembatalan visanya di pengadilan federal Australia dengan harapan memenangi Grand Slam ke-21 di Australian Open yang dimulai pada 17 Januari.

Baca juga: Menteri Olahraga Prancis: Djokovic bisa bermain di French Open
Baca juga: Petenis Ceko Voracova gabung Djokovic di rumah detensi Australia

Baca juga: Djokovic ditempatkan bersama para pencari suaka di hotel Australia
Baca juga: Djokovic di tengah perjuangan atas ancaman deportasi dari Australia

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2022