Bagaimana tidak jihad kemanusiaan, ketika kita mengawal agar orang tidak terserang COVD-19 ini kemudian terselamatkan nyawanya, barangsiapa menyelamatkan satu kehidupan, maka baginya mendapatkan pahala seperti menyelamatkan seluruh kehidupan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dr Agus Taufiqurrahman M.Kes, Sp.S menyatakan bahwa melawan dan menangani pandemi COVID-19 sama saja seperti bentuk jihad kemanusiaan, sehingga seluruh persyarikatan turun tangan agar pandemi ini segera berakhir.
“Bagaimana tidak jihad kemanusiaan, ketika kita mengawal agar orang tidak terserang COVD-19 ini kemudian terselamatkan nyawanya, barangsiapa menyelamatkan satu kehidupan, maka baginya mendapatkan pahala seperti menyelamatkan seluruh kehidupan," katanya dalam taklimat media yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan Muhammadiyah menghadapi pandemi COVID-19 dengan menerapkan tiga nilai utama, yaitu sesuai dengan prinsip imaniah yang benar, prinsip ilmiah yang benar, dan harokah (aktif bergerak).
Dalam nilai imaniah yang benar, Agus Taufiqurrahman mencontohkan dulu saat awal pandemi COVID-19, melalui media sosial banyak banyak beredar pesan mempertanyakan mengapa harus pakai masker, sementara sakit atau tertular merupakan takdir dari Allah.
Baca juga: Muhammadiyah berterima kasih ke semua relawan penanggulangan COVID-19
Baca juga: PCIM Malaysia bikin baksos bantu WNI kena lockdown
Tidak hanya itu, katanya, beredar informasi palsu (hoaks) soal vaksin di mana tak sedikit yang beranggapan bahwa vaksin merupakan konspirasi global serta telah disusupi "micro chip".
Karena itu, secara iman Muhamadiyah mengawal agar tidak ada lagi masyarakat yang salah tanggap menghadapi pandemi COVID-19.
“Padahal dalil agama jelas, kita itu diperintahkan Rasul l'aa dharara wala dhirar', Janganlah kalian melakukan perbuatan yang membahayakan diri dan juga membahayakan orang lain. Nah prinsip ini yang oleh Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) kemudian dikawal agar masyarakat itu menghadapi pandemi itu dengan nilai-nilai iman yang benar. Ajaran Islam yang ada di Al Quran dan As Sunah yang benar," kata Agus.
Kedua, Muhammadiyah mengawal gerakan menghadapi pandemi dengan prinsip ilmiah ilmu yang benar. Saat pandemi melanda China kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia, Muhammadiyah langsung mengundang pakar untuk menilik soal virus ini.
Berbagai pandangan serta penelitian kemudian lahir yang menjadi dasar Muhammadiyah untuk bergerak dalam menangani pandemi COVID-19.
"Kampus-kampus besar kita ajak berdiskusi agar yang kita lakukan itu sesuai dengan kaidah ilmiah," kata dia.
Ketiga prinsip harokah berarti seluruh gerakan dalam menghadapi pandemi ini harus menjadi gerakan yang terstruktur dan bersinergi bersama lembaga lain. Semua persyarikatan, organisasi mandiri, serta relawan Muhammadiyah turun tangan menghadapi virus ini.
"Karena tidak mungkin menyelesaikan pandemi itu sendirian, tidak mungkin, maka prinsip harokah," demikian Agus Taufiqurrahman.
Baca juga: Haedar Nashir: Membantu dhuafa melawan COVID-19 "jihad fi sabilillah"
Baca juga: Muhammadiyah dan NU masifkan fasilitas cuci tangan bersama
Baca juga: Muhammadiyah sepakat COVID-19 bukan konspirasi
Baca juga: LPB-Muhammadiyah semprotkan disinfektan tempat ibadah umat Kristiani
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022