Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama RSPON dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS mengatakan pemanfaatan periode emas (golden periode) untuk menangani penyakit yang dimiliki oleh seorang pasien harus lebih dipahami oleh masyarakat.
"Jangan sampai mencapai respon waktunya hilang. Karena waktu itu sangat sempit, kita sebut dengan periode emas atau golden periode," kata Mursyid dalam Press Briefing: Layanan Unggulan RS PON yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Mursyid menegaskan bahwa masyarakat harus memahami adanya periode terbaik dalam waktu singkat dapat mempengaruhi hasil dari penanganan yang diberikan pada pasien saat berada di rumah sakit.
Dalam hal ini, dia memberikan contoh penanganan pasien dengan stroke yang memiliki periode emas selama empat setengah jam. Sebelum waktu berakhir, pasien sudah harus segera dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) agar bisa mendapatkan terapi yang tepat. Sama dengan pasien yang memiliki penyakit tumor pituitari.
Baca juga: RS PON sambut Hari Kesehatan 2022 dengan gencarkan edukasi masyarakat
Baca juga: RSPON: Kendalikan faktor risiko agar tidak terkena stroke
"Tumor yang ada di dasar tengkorak, yang kalau berkembang, tumornya makin besar makin menekan syaraf mata," kata dia.
Menurutnya, bila pasien dengan tumor yang terlambat mendapatkan penanganan, maka bisa mengalami pandangan kabur hingga kebutaan akibat adanya penyempitan lapangan pandang. Sehingga diperlukan waktu kelola yang baik, terlebih bila ada keputusan untuk menjalani operasi maupun pemberian sejumlah obat-obatan.
Meskipun tidak semua obat dapat menyelamatkan pasien bila ada salah satu syaraf yang rusak, syaraf tersebut tidak dapat pulih kembali.
Guna memberikan pemahaman pentingnya mengerti batas waktu penanganan yang baik itu, dia mengatakan RSPON akan mengadakan serangkaian kegiatan dalam rangka menyambut Hari Kesehatan 2022 yang diperingati pada bulan Januari hingga April 2022. Acara itu, nantinya dapat diikuti oleh masyarakat umum dan juga tenaga kesehatan.
Dalam acara tersebut, terdapat beberapa webinar yang dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat. Baik mengenai sebuah penyakit seperti parkinson maupun epilepsi maupun kasus-kasus dalam dunia medis, yang materinya akan disesuaikan dengan peserta yang hadir melalui cara yang menarik dan terencana.
Dengan demikian, dia berharap nantinya pengetahuan masyarakat dapat lebih bertambah, sehingga baik masyarakat umum maupun pasien dapat mengetahui bagaimana cara penanganan yang tepat, cara membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat hingga dampak dari suatu penyakit.
"Tentunya materi akan kita sesuaikan dengan sasarannya, misal pada para dokter di puskesmas kita akan lebih penyegaran (refreshing) keilmuan yang ada di dokter-dokter di FKTP. Di mana pasien yang harus di rujuk, mana yang bisa ditangani sendiri tergantung dari kasus yang sesuai dengan yang kita sampaikan," ucap dia.*
Baca juga: RSPON: Tak ada korelasi antara pendarahan otak dan vaksinasi COVID-19
Baca juga: RSPON tegaskan Tukul Arwana tidak menderita KIPI vaksinasi COVID-19
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022