Washington (ANTARA News) - Situs senat Amerika Serikat diretas selama akhir pekan kemarin, yang memaksa semua isi situs itu ditinjau ulah sehingga menjadikan ini pelanggaran keamanan memalukan terkini yang menyerang institusi utama AS tersebut.

Martina Bradford dari bagian keamanan Senat (Sergeant of Arms Office), mengatakan kelompok peretas yang terorganisir dengan longgar, Lulz Security, membobol situs Senat untuk publik tetapi tidak mencapai bagian yang paling sensitif di jejaring lembaga tinggi negara AS itu.

Meskipun mengakui pelanggaran, Sergeant at Arms Office yang menyediakan keamanan bagi senat, mengatakan bahwa pembobolan itu mengganggu informasi individual para senator.

Lulz Mengumumkan aksi peretasan itu Senin waktu AS.

"Kami menanggapi dugaan mereka. Pada dasarnya apa yang kami katakan bahwa server yang mereka masuki adalah untuk akses publik dan ada di lingkup publik," kata Bradford.

Lulz Security, yang sudah meretas situs Sony dan U.S Public Broadcasting System, secara online memasang daftar data yang tampaknya tidak sensitif tetapi mengindikasikan bahwa para peretas pernah masuk jaringan komputer Senat.

"Kami sangat tidak menyukai pemerintah AS," kata Lulz Security pada rilis mereka. "Ini adalah rilis rilis kecil dan hanya untuk menyentil beberapa data internal dari Senate.gov apakah ini tindakan perang, tuan-tuan? Bermasalah?"

Komentar itu menunjuk laporan-laporan yang menyebutkan bahwa militer AS sudah memutuskan akan menghadapi serangan cyber dari luar negeri dengan penggunakan kekuatan militer tradisional.

Para pegawai senat diminta waspada mengenai pelanggaran online itu Senin

"Meskipun gangguan ini merepotkan, itu tidak dianggap remeh demi keamanan jaringan Senat, anggotanya atau staf," kata Bradford dalam sebuah pernyataan. "Khususnya, tidak ada akun informasi pribadi pengguna di server pendukung senate.gov yang bisa dikompromikan."

"Para peretas bisa melakukan hal yang setara dengan pembobolan Senat dan membual karena mereka berhasil mencuri sekumpulan cenderamata dari toko hadiah," kata Stewart Baker, mantan pejabat cyber di Departemen Keamanan Dalam Negeri. Dia saat ini bersama dengan firma hukum Steptoe and Johnson.

Sangat memalukan

Senat sudah berkali-kali menjadi target serangan peretas duntuk sepuluh ribu yang digagalkan setiap bulan, kata Senate Sergeant pada Arms Terrance Gainer kepada Reuters awal Juni lalu.

Pembobolan itu hanya yang terkini dalam serangkaian dari retasan memalukan terhadap perusahaan dan organisasi.

Dana Moneter Internasional udah diserang, seperti halnya Lockheed Martin Corp, Citigroup Inc, Google dan toko-toko Michaels.

John Bumgarner dari U.S Cyber Consequences Unit,sebuah institusi riset, mengatakan pembobolan ini akan mempermalukan Senat.

"Semua direktori itu sah," kata dia setelah melihat data yang dipasang Lulz secara online. "Ini kejadian yang terutama memalukan Senat AS karena mereka sering meminta yang lain menjelaskan kenapa program keamanan cyber gagal. Informasi yang dibocorkan secara online itu menunjukkan bahwa pengacau memiliki akses tingkat pengelola ke server Senat. Akses ini bisa secara potensial digunakan sebagai batu loncatan untuk berkompromi dengan sistem lain dalam jaringan."

Lulz, yang merupakan bahasa slang internet untuk "laugh out loud" ("tertawa terbahak-bahak"), sudah mengklaim telah meretas situs yang dimiliki Sony Corp. Itu juga mengklaim bertanggung jawab atas pengotoran itus jaringan U.S Public Broadcasting Service, dan posting data dari server PBS pada Senin untuk memprotes dokumenter "Garis Depan" mengenai WikiLeaks.

Lulz mengklaim pembobolan situs Fox.com dan mempublikasikan data mengenai para kontestan bagi acara bakat Fox TV yang akan datang,"X Factor." Fox merupakan bagian dari News Corp.

Kelompok peretas berafiliasi lain, Anonymous, meraih popularitas ssetelah melumpuhkan situs-situs MasterCard, Visa dan PayPal untuk sementara waktu setelah mereka menghentikan layanan keuangan WikiLeaks.

Mereka juga menyerang situs-situs di Suriah, Tunisia, Mesir dan India untuk alasan politik. (*)

Nenny

Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011