Christchurch, Selandia Baru (ANTARA News) - Serangkaian gempa yang mengguncang kota terbesar kedua di Selandia Baru, Christchurch, Senin (13/6), menewaskan satu orang, kata beberapa pejabat kesehatan Selasa, saat para ilmuwan pemerintah menaikkan kekuatan gempa.
Dewan Kesehatan Wilayah Canterbury (CDHB) menyatakan seorang penghuni rumah perawatan orang tua telah meninggal akibat gempa Senin, tapi badan itu baru mengetahui korban jiwa tersebut Selasa.
Tak ada perincian lebih lanjut mengenai korban jiwa.
Sementara itu, para ilmuwan di pusat pemantau GeoNet, yang dikelola pemerintah menaikkan kekuatan dua gempa terburuk dan mengatakan gempa tersebut terjadi jauh lebih dekat ke permukaan tanah daripada perkiraan sebelumnya.
Gempa yang mengguncang pada pukul 14:40 waktu setempat Senin dinaikkan jadi 6,0 sampai 6,3 pada skala Richter dan berada cuma enam kilometer di bawah permukaan tanah, bukan sembilan kilometer seperti perkiraan Senin.
Ukuran baru tersebut ditetapkan sehingga kekuatan gempa sama dengan gempa pada 22 Februari, yang menewaskan sedikitnya 181 orang di kota itu.
Gempa pukul 13:00 Senin juga dinaikkan dari 5,5 jadi 5,7 pada skala Richter dan berada pada kedalaman 10 kilometer, bukan 11 kilometer seperti pertama kali diumumkan.
Namun, kota itu lolos dari kerusakan tidak seperti yang dialami pada Februai sebab gempa Senin --10 kilometer di sebelah tenggara kota-- berpusat lebih jauh, kata petugas seismologi Martin Reyners kepada New Zealand Herald.
"Ada catatan gerakan kuat tanah. Pusatnya berada lebih tiga sampai empat kilometer di selatan pusat gempa Februari," kata Reyners kepada surat kabar tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa.
CDHB melaporkan sebanyak 60 orang dirawat di ruang gawat darurat Rumah Sakit Christchurch dalam lima jam setelah gempa pertama, dan 16 dari mereka dirawat.
Empat orang dirawat karena menderita luka serius, dan dua orang masih berada di rumah sakit Selasa, keduanya digambarkan berada dalam kondisi stabil.
Tiga orang dirawat karena menderita hiptermia pada malam hari, saat temperatur mendekati titik beku dan ribuan rumah masih tak memperoleh lisrik.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011