Bojonegoro (ANTARA News) - Sejumlah lokasi di perairan Bengawan Solo di daerah Hilir Jatim di Bojonegoro dan sekitarnya, memasuki musim kemarau ini, diserbu para pemancing dari berbagai daerah, tidak hanya pagi dan siang, namun juga malam hari.
Seorang pemancing asal Desa Kauman, Kecamatan Kota, Winarso (43), Selasa mengatakan, ada sejumlah lokasi di Bengawan Solo yang menjadi favorit para pemancing dari berbagai daerah. Di antaranya, di utara pasar kota, juga di perairan Bengawan Solo di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, juga di seputaran jembatan Padangan-Cepu, Jateng dan di Kedungprimpen, Kecamatan Kanor dan di Plumpang, Tuban.
Di lokasi itu, lanjutnya, puluhan pemancing, berburu berbagai aneka ikan terutama patin/jambal, rengkik dan cendhil. Di sejumlah lokasi yang didatangi para pemancing tersebut, karena lokasinya cukup dalam dan sebelumnya sudah diberi rumpon pohon bambu.
"Pemancing bersemangat, karena berbagai aneka ikan yang ada cukup besar, sebab pada musim kemarau tahun lalu air Bengawan Solo tidak surut," kata Sutrisno, pemancing asal Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, menambahkan.
Dari berbagai aneka ikan yang diperoleh para pemancing, untuk ikan patin, cendhil dan rekik, rata-rata sebesar lengan orang dewasa, bahkan ada yang mencapai 5 kilogram."Saya baru saja dapat ikan rengkik setelah saya timbang beratnya 5,2 kilogram," kata Winarso dengan nada bangga.
Menurut Winarso dan Sutrisno, berbagai aneka ikan Bengawan Solo, cukup diminati masyarakat, karena rasanya jauh lebih enak dan harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan air tawar, termasuk ikan laut. Ia mencontohkan, ikan cendhil sebesar lengan orang dewasa, harganya bisa mencapai Rp20.000,00/ekor.
Para pemaincing menjelaskan, sejumlah lokasi Bengawan Solo di Bojonegoro dan sekitarnya, terutama pada musim kemarau selalu menjadi ajang rekreasi memancing warga. Alasannya, memancing di Bengawan Solo, biayanya relatif lebih murah dibandingkan dengan memancing di sejumlah kolam pancing yang ada di wilayah setempat.
Namun, menurut mereka, populasi berbagai aneka ikan di sungai terpanjang di Jawa itu, cenderung menurun. Akibat, adanya pencarian ikan yang dilakukan dengan memanfaatkan struk aki dan obat-obatan.
Disebutkan, sejumlah ikan sudah sulit dijumpai, di antaranya papar, lumbet dan udang watang yang besarnya sama dengan lobster.
"Dengan cara seperti itu benih ikan yang ada mati," kata Kamrozi (55), pemancing asal Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, menambahkan.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011