Jakarta (ANTARA News) - Furom Parlemen Asia Pasifik menyatakan sepakat dengan pembentukan sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System atau TEWS), sebagai langkah antisipasi kejadian serupa. Kesepakatan adanya sistem peringatan dini tersebut terlihat dalam pemaparan sejumlah anggota dalam pertemuan tahunan ke-14 Forum Parlemen Asia Pasifik (Asia Pacific Parliamentary Forum atau APPF) di Jakarta, Selasa. "Dibentuknya sistem peringatan dini tsunami akan membantu untuk mendeteksi gejala-gejala alam yang berpotensi mendatangkan bencana tsunami, untuk kemudian ditemukan lokasi pusat gempanya. Laporan dini itu dapat membantu masyarakat untuk mempersiapkan menyelamatkan diri dalam keadaan darurat," kata delegasi Parlemen Korea, Kim Myung-Ja. Ia menjelaskan, dengan sistem peringatan dini tsunami akan memberi sumbangan besar dan menjadi salah satu kerja sama yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mendatang. Ini dikarenakan akibat tsunami 26 Desember 2004 yang terjadi di Indonesia, Thailand, Srilanka, Maladewa, India kawasan Asia Tenggara dan Selatan sampai Somalia di ujung benua Afrika telah menyebabkan lebih dari 200 ribu jiwa melayang. Kesepakatan adanya sistem peringatan dini tsunami dalam Forum APPF itu juga dikemukakan oleh delegasi parlemen Kamboja, Un Ning. Un Ning mengatakan, dengan pengelolaan yang baik berupa sistem peringatan dini tsunami maka akan berpengaruh dalam perbaikan ekonomi. Menurut dia, saat ini hanya ada satu masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian khusus, yakni masalah lingkungan. "Masalah lingkungan tersebut berkaitan dengan penggunaan energi. Lingkungan jangan sampai rusak akibat penggunaan energi yang salah. Karena itu, kami melihat dengan adanya kenaikan harga minyak sebagai salah satu pengaruh besar memperparah kemiskinan," katanya. Sekadar diketahui menurut peneliti Jerman maupun Prancis yang tengah meneliti Great Libson Eartquake tahun 1755 meyakini bahwa gaya kekuatan alam yang memicu becana sedikit demi sedikit berakumulasi kembali dan suatu saat dalam waktu tertentu gempa kuat disusul tsunami hebat agaknya dapat kembali terjadi melanda kawasan yang sama. Sistem peringatan dini tsunami sendiri telah dikembangkan di Indonesia. Pada akhir 2005, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia dengan dukungan beberapa negara seperti Jerman, Jepang, China, dan Prancis telah mencapai kemajuan memberikan informasi terjadinya gempa bumi secara cepat dalam waktu kurang lebih sepuluh menit setelah terjadinya gempa. Informasi tersebut diperoleh dari beberapa stasiun seismometer yang tersebar di sejumlah daerah seperti di Nias, Yogyakarta, Banda Aceh, Jambi, Padang Panjang, Bengkulu, dan Bandung.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006