Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman.
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menghentikan penggunaan mobile crane sebagai alat operasional wahana wisata Ngopi In The Sky Teras Kaca di Pantai Nguluran, Girikarto, Gunung Kidul.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis, menuturkan meski ide dan kreativitas pengelola sangat bagus namun aspek keselamatan menjadi poin utama yang harus dipatuhi.
"Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman," kata dia.
Baca juga: Paket menarik ditawarkan demi tingkatkan pariwisata domestik
Aji menuturkan dari hasil pemeriksaan, diketahui mobile crane yang digunakan pengelola adalah alat yang disewa dari luar kota.
Menurutnya, perlu dilakukan pengecekan, termasuk asal-usul dan guna operasionalnya apakah masih berlaku atau tidak.
"Informasi yang kami terima, penggunaan crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya," ujar dia.
Penghentian operasional alat itu, menurut dia, merupakan salah satu upaya Pemda DIY menjamin keamanan para wisatawan.
Baca juga: Pengelola Borobudur belum targetkan jumlah kunjungan wisata 2022
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain penggunaan alat yang tidak tepat, lokasi wahana yang berada di bibir pantai juga sangat riskan bagi keselamatan wisatawan.
Menurut dia, posisi di tepi pantai mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi.
Aspek kepemilikan sertifikat CHSE pelaku wisata itu, kata dia, sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu.
"SDM yang mengoperasionalkan harus bersertifikat juga punya lisensi khusus, dan ini semua harus dipenuhi kalau tidak ya sebaiknya dihentikan, karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan 'multiplayer effect' yang luar biasa," ujar Singgih.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022