Paris (ANTARA News) - Indonesia, Mesir dan sejumlah negara Arab sudah terang-terangan mengikuti suara Eropa mendukung Menteri Keuangan Prancis Christine Lagarde sebagai bos baru Dana Moneter Internasional (MIF).
Siapa sih Christine Lagarde itu?
Menurut kantor berita AFP, si rambut pirang nan pandai berbicara itu sudah menjadi sosok menawan manakala menjadi menteri keuangan pertama di kelompok negara G-7 dan terkenal karena reputasinya yang tenang namun menganyutkan selama menghadapi krisis ekonomi global.
Jika Lagarde berhasil dalam usahanya menjadi Direktur Pelaksana IMF, maka dia akan menjadi wanita pertama di dunia yang mengepalai lembaga penyalur dana bantuan darurat global tersebut.
Mantan kepala ekonom IMF Kenneth Rogoff berkata kepada New York Times bahwa Lagarde begitu populer di pertemuan-pertermuan menteri keuangan dunia di mana dia diperlakukan bak seorang bintang musik rock.
Pakar hukum yang dibentuk di lapangan dan warga asli kota Paris berusia 55 tahun ini menjadi penjabat menteri keuangan terlama di Prancis yang sudah didudukinya sejak tahun 2007.
Fasih berbahasa Inggris, Lagarde menyeruak menjadi figur sentral ketika Eropa menghadapi krisis keuangan 2008 karena dia kemudian menjadi ketua dari para menteri keuangan zona euro.
Berbarengan dengan posisi Prancis yang saat ini mengetuai kelompok negara-negara berperekonomian raksasa dunia yaitu Kelompok G20, Lagarde menjadi wanita paling penting dalam upaya dunia memerangi dampak krisis dan reformasi sistem keuangan global.
Dipuji oleh sebagian kalangan karena cara lembutnya dalam menangani krisis yang monumental itu namun dikritik oleh sejumlah kalangan lainnya karena kekukuhannya, Lagarde telah menjadi penerang di panggung dunia dengan relasi tersebar di seantero jagat, dari Beijing sampai Brasilia.
Setelah menamatkan studi hukum dan ilmu politiknya, Lagarde bekerja pada firma hukum korporasi internasional Baker & McKenzie, dengan spesialisasi masalah perburuhan dan masalah-masalah anti dumping, serta juga merger dan akuisisi (takeover).
Dia segera menjadi ketua komite eksekutif global pada firma hukum yang berbasis di Chicago itu pada 1999 dan kemudian mengepalai komite strategi global firma hukum sama pada 2004.
Lagarde kembali ke Prancis pada Juni 2005 dengan bergabung dalam kabinet sebagai menteri perdagangan di bawah kepemimpinan Presiden Jacques Chirac.
Nicolas Sarkozy lalu mengangkatnya menjadi menteri pertanian begitu sang presiden naik berkuasa pada 2007, namun menyusul perombakan kabinet yang tak diperkirakan sebelumnya, Lagarde kemudian alih pos menjadi menteri keuangan.
Lagarde pun menjadi tulang punggung kabinet Sarkozy, mengingat kementerianya menciptakan stabilitas yang tak pernah terlihat lagi sejak dekade 1990an. Sebelum dia, tujuh menteri keuangan gonta ganti memimpin departemen keuangan Prancis selama tujuh tahun.
Kekeliruan, manakala itu terjadi, kadang tidak berdampak pada perekonomian Prancis, sebaliknya sering mengusik sensitivitas politk Prancis.
Lagarde pernah berada di situasi yang pelik setelah menyebut hukum perburuhan Prancis "terlalu membebani dan rumit" dan dia juga menjadi orang yang bertanggungjawab atas membekunya laju pertumbuhan lapangan kerja.
Dia juga pernah mencipta kegaduhan politik setelah memperkenalkan rigueur, kata dalam Bahasa Prancis yang berarti keras atau tegas, untuk menggambarkan kebijakan kunci pemerintahan Sarkozy yang memangkas tubuh gemuk birokrasi Prancis namun dengan tidak mengganti PNS yang memasuki masa pensiun.
Dan manakala Prancis dihadapkan pada membumbungnya harga bensin, Lagarde mengatakan warga Prancis mesti beralih menggunakan sepeda. Ironisnya dia tak melakukan apa-apa untuk menghapus reputasinya yang oleh sebagian kalangan disebut telah kehilangan sentuhan.
Tapi dia tetap bertahan di posnya, bahkan menjadi mitra paling bernilai untuk Sarkozy. Hanya tuduhan-tuduhan yang belakangan ini muncul yang menyebutkan dia ada perbenturan kepentinganlah yang membuat cakrawala politiknya menjadi kelam.
Pada Mei lalu, seorang jaksa menyerukan penyelidikan kepadanya saat dia menangani sengketa tingkat tinggi yang memaksa pemerintah mengeluarkan 240 juta euro (345 juta dolar AS) untuk konglomerat flamboyan Bernard Tapie.
Namun pengadilan Prancis menangguhkan permintaan sidang itu sampai 8 Juli nanti --karena IMF diperkirakan menggelar pemilihan direkrut pelaksana barunya-- apakah setuju untuk melanjutkan penyelidikan atas kasus Lagarde - Tapie itu.
Keraguan-keraguan juga menyeruak di seputar investasi yang dilakukan Lagarde pada sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh putra dari bos sebuah BUMN yang diangkat Lagarde.
Namun pada kedua kasus itu, Lagarde menepis tuduhan-tuduhan itu dengan menyebut penyelidikan atas kasus Tapie sebagai sumir, sementara dalam investasi di perusahaan yang dikendalikan putera bawahannya itu adalah dalam demi membantu memulihkan lagi perekonomian Prancis. (*)
AFP/Jafar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011