Iman mengatakan penguatan yang terjadi saat ini adalah penguatan akibat masuknya dana jangka pendek.

Jakarta, 17/1 (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari International Center for Applied Finance and Economics (InterCAFE) IPB, Iman Sugema, memperkirakan penguatan rupiah saat ini hanya akan terjadi sementara karena pada kuartal kedua akan melemah lagi. "Seperti tahun-tahun sebelumnya memang pada Januari-Februari, rupiah selalu menguat, tapi kemudian rupiah akan mengalami trend pelemahan," kata Iman di sela-sela sebuah diskusi publik di Jakarta, Selasa. Iman mengatakan penguatan yang terjadi saat ini adalah penguatan akibat masuknya dana jangka pendek. "Ini terlihat dari penguatan rupiah dan saham yang terjadi bersamaan, yang menunjukkan bahwa capital yang masuk lebih disebabkan oleh dana-dana jangka pendek," katanya. Indikasi lain, katanya, BI akan langsung mengevaluasi tingkat suku bunganya, jika BI melihat sebagai dana jangka panjang. "Namun kenyataannya, rupiah menguat, suku bunga tetap tinggi," katanya. "Ini berarti BI masih mengantisipasi kemungkinan pelemahan yang akan terjadi." Untuk mendorong penguatan rupiah, katanya, pemerintah harus mampu mendorong masuknya dana-dana dalam jangka panjang seperti dalam bentuk FDI atau investasi asing langsung. Investasi itu, kata Iman, akan membantu penyerapan tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan. Menurut data yang dikutip dari BPS, jumlah orang miskin naik dari 36,1 juta orang pada 2004 menjadi 40 juta pada 2005 atau 18,6 persen dari seluruh penduduk Indonesia Selain oleh kebutuhan impor barang modal dan bahan baku, ia memperkirakan pelemahan rupiah juga akan didorong oleh jatuh temponya utang luar negeri Indonesia pada 2006 sekitar 11,3 miliar AS untuk bunga dan pokok. Sementara itu sebelumnya, Deputi Senior Gubernur BI, Miranda Goeltom meyakini nilai rupiah menjelang akhir tahun 2006 akan lebih menguat bila dibandingkan dengan posisi awal tahun. Namun hal itu, kata Miranda, hanya bisa terjadi jika masuknya investasi asing langsung (FDI) yang didorong dengan sejumlah kebaikan seperti infrastruktur, perbaikan di bidang penegakan hukum dan peraturan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006