Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan energi alternatif dinilai masih lebih mahal dibanding dengan penggunaan energi fosil seperti minyak bumi, sehingga mesti ada beragam insentif bagi perusahaan yang akan berinvestasi di bidang energi alternatif.
"Biaya untuk mengembangkan `alternative energy` relatif masih lebih tinggi harganya dibanding `fuel energy`," kata Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan, dalam acara Forum Ekonomi Dunia (WEF) untuk Asia Timur yang digelar di Jakarta, Senin.
Untuk itu, menurut Karen, harus terdapat adanya mekanisme seperti insentif, baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak lainnya yang memberikan pembiayaan.
Ia juga berpendapat, dunia keuangan seperti perbankan dinilai masih belum bisa memahami benar-benar tentang insentif dalam mengembangkan energi alternatif.
Karen yang juga menjabat sebagai "co-chair" WEF mewakili Indonesia untuk bidang energi juga mengemukakan, dalam forum itu dibicarakan pula tentang pengembangan energi alternatif yang sumbernya ditemukan melimpah di kawasan Asia Tenggara.
Ia mencontohkan, dalam forum tersebut juga terdapat pembicaraan komitmen dengan pihak perusahaan Malaysia tentang pengembangan algae sebagai sumber energi alternatif.
Karenanya, Karen juga melihat insentif sebagai sesuatu hal yang bisa mengundang masuk para investor di sektor energi.
Setelah diberikan insentif, masih menurut dia, barulah bidang energi alternatif apat dikembangkan secara ekonomis.
Hal tersebut karena pengembangan energi alternatif masih kerap berada di tataran teknis, namun dinilai masih belum berkembang secara ekonomis.
Dirut Pertamina juga memaparkan, untuk ke depan juga mesti dibicarakan tentang kebijakan "tax fiscal" dan pinjaman lunak dari pihak yang memberikan pembiayaan.
"Sebagai investor kita memerlukan `return` yang tidak harus maksimal tetapi memadai," ujarnya.
(M040/C004)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011