Ya dari segi kemampuan tidak perlu diragukan lagi. Tapi dari segi peralatan kita kalah bersaing.
Palu (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tengah terpilih Longky Janggola dijadwalkan membuka Kejurnas dan "Indonesia Open" yang berlangsung di Pegunungan Matantimali, Kabupaten Sigi, pada 18-25 Juni 2011.
Sekretaris Pengda Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) Paralayang setempat Asgaf di Palu, Senin, mengatakan jika tidak ada aral melintang pak Gubernur Sulteng Djanggola yang akan membuka langsung kejuaraan itu.
Pada acara tersebut, akan hadir pula beberapa pengurus teras dari PB FASI Paralayang.
Kejurnas sekaligus Indonesia Open dipastikan diikuti sebanyak 78 atlet yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Sesuai data yang ada pada panitia pelaksana, jumlah negara yang ikut ambil bagian pada kejuaraan ini 10 negara termasuk Rumania, Rusia, Ceko, Arab Saudi, Belanda, Perancis, Italia, Malaysia, dan Indonesia.
Lokasi take-off di pusatkan di Desa Wayu, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi atau sekitar 30an kilometer barat dari Kota Palu. Lokasi itu berada pada ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut.
Luas areal take-off mencapai 1.200 meter dapat menampung sampai 10 atlet sekali terbang. Sementara untuk lokasi pendaratan di pusatkan di Desa Porame, Kecamatan Marawola atau sekitar 20an kilometer dari Palu, ibu kota Provinsi Sulteng.
Kejurnas dan Indonesia Open yang berlangsung delapan hari dari 18 Juni 2011 itu hanya mempertandingkan dua nomor yaitu terbang jarak dekat, dan jarak jauh.
Para peserta baik dari luar maupun dalam negeri diperkirakan baru akan tiba di Kota Palu pada 16 Juni 2011.
Menyangkut pembenahan lokasi take-off dan pendaratan, menurut Asgaf semua sudah rampung.
Pengda FASI Paralayang Sulteng menyiapkan empat atlet untuk ikut berlaga menjajal kemampuan mereka bersama-sama para atlet dari luar negeri.
Pada Kejurnas dan Indonesia Open, Pengda FASI Sulteng tidak memasang target, kecuali menambah pengalaman dan jam terbang atlet tuan rumah."Tapi tidak menutup kemungkinan atlet kita mengukir prestasi cemerlang," katanya.
Menurut Asgaf, sebenarnya kemampuan atlet Sulteng tidak kalah dibandingkan atlet lain di dalam dan luar negeri.
Hanya saja, peralatan (payung/parasut) yang mereka gunakan saat ini sudah tidak layak untuk kompetisi olah raga sebesar ini. Kemungkinan besar para atlet yang akan tampil menggunakan peralatan kompetisi yang baru, dan kualitasnya paling bagus.
Sementara atlet Sulteng hanya menggunakan parasut yang lama.Lagi pula kualitasnya standar hasil pengadaan tahun 2004. "Ya dari segi kemampuan tidak perlu diragukan lagi. Tapi dari segi peralatan kita kalah bersaing," ujarnya.
(T.BK03/) (ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011