Hanoi (ANTARA News) - Vietnam menjadwalkan menggelar latihan perang angkatan laut dengan menggunakan peluru tajam pada Senin di Laut China Selatan, pada saat ketegangan dengan Beijing mencapai titik tertinggi karena meningkatnya sengketa maritim.
Negara-negara bertetangga itu memperselisihkan kedaulatan berpotensi kaya minyak kepulauan Paracel dan Spratly serta perairan di sekitarnya, dimana konfrontasi baru-baru ini antara kapal-kapal mereka telah memicu perang kata.
Seorang perwira angkatan laut Vietnam mengatakan kepada AFP bahwa latihan perang enam jam dengan peluru tajam akan diselenggarakan di sekitar pulau Ong Hon, sekitar 40 kilometer (25 mil) di lepas pantai provinsi Quang Nam di Vietnam tengah.
Perwira itu menolak untuk memberikan alasan digelarnya latihan itu pada malam atau mengatakan berapa banyak kapal akan terlibat, tetapi juru bicara kementerian luar negeri Nguyen Phuong Nga mengatakan latihan itu adalah bagian dari latihan rutin tahunan.
Latihan-latihan itu akan diselenggarakan di daerah yang diklaim sebagai zona ekonomi eksklusif Vietnam, di mana Hanoi bulan lalu menuduh kapal pengawas China memotong kabel-kabel eksplorasi dari kapal survei minyak, menyebabkan ketegangan meningkat tajam.
Pada Kamis, Vietnam menduga insiden serupa di zona itu terkadi lagi, dan menyatakan bahwa kapal-kapal nelayan China menabrak kabel lain kapal survei minyaknya di perairan itu, dan menggambarkannya sebagai serangan "terencana".
Beijing membalas dengan memperingatkan Vietnam untuk menghentikan semua kegiatan yang dikatakan melanggar kedaulatan China di wilayah sengketa.
Amerika Serikat mengatakan hal itu bisa mendatangkan masalah akibat ketegangan-ketegangan yang dipicu oleh sengketa perbatasan maritim, dan menyerukan "resolusi damai".
Daerah tempat latihan berpeluru hidup itu direncanakan sekitar 250 kilometer dari Paracels dan hampir 1.000 kilometer dari Spratly.
Carl Thayer, seorang analis veteran Vietnam dan Laut China Selatan, mengatakan bahwa latihan tersebut akan menjadi jalan bagi Vietnam untuk mengirim pesan, sehari setelah China sebelumnya juga mengatakan akan melakukan latihan angkatan laut.
Thayer mengatakan, Vietnam melepaskan "tembakan peringatan lembut ke seberang ketimbang suatu tindakan nyata."
Namun dia menambahkan, bahwa latihan tersebut tidak pernah terjadi sebelumnya karena Vietnam mengadakan pertahanan udara untuk pengeboran di lahan itu sekitar dua bulan lalu.
Beijing mengatakan berkomitmen untuk perdamaian di Laut China Selatan, namun postur kekuatan lautnya yang makin kokoh menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara kawasan dan sekitarnya.
Ketegangan juga meningkat pada tahun ini antara China dan Filipina. Penuntut lain Spratly, di samping Malaysia, Brunei dan Taiwan yang juga mengatakan mereka memiliki suatu wilayah di sana.
Di Vietnam, di mana protes jarang digelar, ratusan warga selatan Ho Chi Minh City dan di Hanoi mengadakan aksi unjuk rasa anti-China pada hari Minggu, menunjang tanda-tanda memproklamirkan kedaulatan Vietnam atas kepulauan yang disengketakan itu.
Rakyat Vietnam teringat pengalaman pahit selama 1.000 tahun mereka dalam pendudukan China dan, paling akhir, terjadi perang perbatasan tahun 1979. Lebih dari 70 pelaut tewas di Vietnam pada 1988 ketika kedua belah pihak terlibat bentrokan di lepas pantai Spratly. (AK/S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011