New York (ANTARA) - Dolar AS sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena memangkas kerugiannya setelah risalah yang dirilis dari pertemuan Federal Reserve Desember menunjukkan bank sentral AS mungkin perlu bertindak lebih cepat dalam menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.
Pejabat Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS yang "sangat ketat" mungkin menjamin kenaikan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan serta mengurangi kepemilikan aset bank secara keseluruhan untuk menjinakkan inflasi yang tinggi, risalah pertemuan kebijakan 14-15 Desember menunjukkan.
Greenback melemah setelah naik hampir 0,7 persen dalam dua sesi pertama tahun ini dan meningkat lebih dari 2,0 persen sejak akhir Oktober. Ini memperpanjang penurunannya di awal sesi menyusul Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP yang jauh lebih kuat dari perkiraan.
Analis mengutip angka 96,40 dalam indeks dolar sebagai tingkat resistensi teknis yang berkontribusi terhadap pelemahan mata uang hari ini.
"Risalah hampir tidak pernah mengubah apa pun. Mereka mungkin telah sedikit memperkuat niat The Fed untuk menaikkan suku bunga, tetapi tidak terlalu banyak," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com di New York.
Dolar telah meningkat lebih dari 2,0 persen sejak akhir Oktober sebelum penurunan Rabu (5/1/2022), karena ekspektasi telah meningkat bahwa Fed akan mulai menaikkan suku bunga tahun ini. Ekspektasi untuk setidaknya kenaikan 25 basis poin lebih dari 60 persen, menurut CME FedWatch Tool.
"Ini menuju ke arah yang benar, menuju ke tempat yang seharusnya, jadi bahkan jika dolar turun sedikit hari ini, saya tidak melihat bagaimana Anda akan menjauh dari niat The Fed."
Setelah rilis risalah, suku bunga dana federal (fed fund) berjangka memperkirakan sekitar 80 persen kemungkinan kenaikan seperempat poin oleh bank sentral pada pertemuan Maret.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,164 persen, setelah merosot sebanyak 0,44 persen pada sesi tersebut, dengan euro naik 0,23 persen pada 1,1311 dolar AS.
Terlepas dari penyebaran varian Omicron yang cepat, investor semakin memperkirakan varian itu tidak mungkin menggagalkan ekonomi global atau tindakan yang lebih agresif oleh bank sentral, dengan penelitian yang menunjukkan tingkat rawat inap yang lebih rendah. Pada Senin (3/1/2022), Amerika Serikat melaporkan hampir 1 juta infeksi baru virus corona.
Yen Jepang menguat 0,07 persen versus greenback di 116,06 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di 1,3559 dolar, naik 0,20 persen hari ini.
Sterling mencapai tertinggi baru 2 bulan terhadap greenback di 1,3598 per dolar, tertinggi sejak 9 November, di tengah meningkatnya ekspektasi bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga secepatnya pada bulan depan.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022