Jakarta (ANTARA News) - Lembaga kajian CIDEV mendesak pemerintah agar segera membenahi kondisi tiga bandara Internasional di Indonesia yang ternyata kelebihan kapasitas penumpang, yakni Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta, Bandara Djuanda Surabaya dan Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali.
"Peningkatan kapasitas penumpang mencapai 20-45 persen di tiga bandara tersebut," kata Chairman CIDEV, Muhamad Rifai Darus dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Rifai mengatakan, Bandara Soetta misalnya, dari 23 juta penumpang di tahun 2010 kini membengkak mencapai 43 juta penumpang. Sementara jumlah penumpang di Bandara Djuanda meningkat 4 juta penumpang, dari 12 juta penumpang tahun 2010 menjadi 16 juta penumpang pada tahun 2011.
Sedangkan jumlah penumpang di Bandara Ngurah Rai saat ini ada di kisaran 11 juta penumpang yang di tahun lalu hanya 8 juta penumpang.
"Fakta tersebut menandakan situasi ekonomi Indonesia tumbuh dengan pesat. Namun, di sisi lain situasi itu dapat mempengaruhi citra Indonesia di mata internasional. Mengingat fasilitas bandara merupakan salah satu tolok ukur status perkembangan dan pembangunan sebuah negara," ujarnya.
Menurut Rifai, Infrastruktur bandara pun menjadi soal manakala tidak mampu mengatasi aspek non-teknis. Misalnya masalah banjir, atau genangan air di lokasi bandara. Efeknya tidak hanya penerbangan domestik yang terganggu. Penerbangan internasional dari dan menuju Indonesia turut merasakan imbasnya.
Pengamatan CIDEV menunjukkan, banjir yang melanda Jakarta dua tahun lalu, telah mengganggu operasional Bandara Soekarno-Hatta selama dua hari, yaitu 1-3 Februari 2008. Selain kerugian materil yang ditaksir mencapai Rp3,1 miliar, sedikitnya 669 penerbangan mengalami gangguan. Mulai dari keterlambatan (delay) sampai pembatalan jadwal penerbangan baik keberangkatan maupun kedatangan.
"Hal tersebut menjadi ironi justru di saat pemerintah Indonesia tengah mencanangkan tahun wisata, "Visit Indonesia Year" pada awal 2008. Akibatnya, penumpukan penumpang tidak hanya terjadi di bandara Cengkareng, tetapi juga di sejumlah bandar udara internasional seperti Changi Airport Singapura, Kuala Lumpur International Airport, Bandara Suvarnabhumi di Bangkok Thailand serta beberapa bandara internasional lainnya," ujar Rifai pula.
CIDEV melihat bahwa penanganan tersebut tidak hanya menjadi pekerjaan rumah PT Angkasa Pura semata. Kasus banjir yang mengganggu bandara ini terkait dengan sistem tata kota dan ekologi perkotaan. Diperlukan upaya gabungan dan koordinasi pihak-pihak terkait.
Bandara sebagai salah satu infrastruktur penting bagi pertumbuhan ekonomi, mendesak untuk segera ditangani melalui kebijakan strategis. Selain dituntut inovasi dan kreatifitas dari PT Angkasa Pura sebagai operator bandara, dalam implementasinya perusahaan ini membutuhkan payung kebijakan strategis Pemerintah. Misalnya dalam hal percepatan pembangunan dan investasi.
"Dengan langkah tersebut, diharapkan masalah penumpukan penumpang itu, bisa segera dijawab dengan 'action plan' pengembangan secara strategis dan taktis," ujar Rifai pula.
The Center for Indonesia Development Review (CIDEV) merupakan lembaga independen di bidang pengkajian strategis atas masalah-masalah pembangunan nasional. Lembaga ini didirikan oleh para profesional muda dari berbagai latar belakang, profesi dan keahlian.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011