Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo Sitepu mengatakan semua pihak perlu mengajak anak bekerjasama, berfikir kritis, berkomunikasi dan kreatif dalam menerima setiap informasi yang terkait dengan COVID-19.

"Para pelajar atau anak-anak kita bersama, itu sejak awal sudah dibiasakan untuk bekerjasama, berkomunikasi, berfikir kritis dan kreatif. Itu bagian yang dasar saja," kata Henny dalam webinar Hasil Survei Nasional 2022 bertajuk "Anak Muda dan COVID-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh"' yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Henny menuturkan setiap anak bangsa, harus dibiasakan untuk untuk mengembangkan kepercayaan dirinya. Melalui keempat hal tersebut, maka anak dapat tumbuh lebih baik dan bisa menolak sebuah informasi yang dianggap tidak masuk akal, seperti teori konspirasi yang menyebabkan adanya penolakan pada vaksin COVID-19.

Baca juga: Survei UIN temukan hoaks COVID-19 masih jadi isu di kalangan siswa

Terdapat tiga pusat pendidikan yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam berfikir kritis, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan yang ada pada lingkungan anak.

Pada alam keluarga, pola fikir yang kritis, kepercayaan diri dalam berkomunikasi dan kreatif dapat diajarkan melalui penerapan protokol kesehatan. Keluarga dapat mulai memberikan contoh pihak mana yang benar atau yang abai dalam menaati aturan kesehatan melalui visual seseorang di televisi.

Contoh tersebut, dapat melatih anak dapat menyebarkan ataupun menyaring informasi yang baik di dalam lingkup pertemanannya baik di sekolah maupun lingkungannya.

Kemudian pada alam perguruan atau pihak yang dianggap anak sebagai seorang guru, yakni pihak sekolah, dapat melatih keterampilan belajar anak dari cara berbicara, cara menulis dan mencari sebuah informasi. Hal tersebut menjadi tak kalah penting, karena dapat membantu seorang anak untuk tidak membaca berita hoaks.

Guru juga dapat terus menstimulus pemikiran anak dengan mempertegas keyakinan, pada hal apa yang dia ingin tanyakan.

"Anak-anak sangat butuh untuk ditumbuhkembangkan. Tetapi bilamana orang tua atau lingkungan sekitarnya tidak mendorongnya untuk berfikir kritis, maka mungkin ini akan jauh lebih dari apa yang dituju oleh bangsa dalam mencerdaskan bangsa," tegas Henny.

Demikian dengan alam pergerakan atau pihak lingkungan sekitar anak. Masyarakat atau sebuah kelompok tertentu, bisa melibatkan anak dalam penyebaran informasi COVID-19 melalui sebuah gerakan seperti pembentukan tim Satgas di sekolah atau membentuk komunitas bersama sejumlah pihak yang berasal dari berbagai kalangan, sehingga anak dapat terlatih dalam menyaring sebuah informasi.

Melalui perkumpulan itu pula, anak bisa mendapatkan ilmu selain COVID-19 dan bagaimana kondisi maupun cara pencegahannya. Dalam hal ini dia memberikan contoh perkawinan anak yang masih sangat tinggi dan bagaimana edukasi kesehatan reproduksi harus lebih digencarkan.

Oleh sebab itu, dia meminta semua pihak untuk bergandengan tangan membangun generasi bangsa yang cerdas melalui anak-anak yang berfikir kritis dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat agar terhindar dari berbagai hoaks maupun teori konspirasi yang tidak mendasar.

"Dari ini semua, sebetulnya saya ingin mengajak kekuatan diri, kekuatan lingkungan yang dikenali untuk perbaikan bersama. Sekaligus saya ingin mengatakan bahwa konsep dari Kemenag moderasi beragama, yang intinya adalah keseimbangan dan titik tengah berbagai agama atau kepercayaan," kata dia.

Baca juga: Ahli: Teori konspirasi vaksinasi ada akibat kesenjangan pengetahuan

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022