Kami mengimbau pemilik kapal agar secepatnya mengambil bangkai kapal itu, karena dikhawatirkan bisa tertimbun pasir hasil kerukan.
Bengkulu (ANTARA News) - Kapal angkutan minyak kelapa sawit yang terdampar di muka alur pelabuhan laut Bengkulu diperkirakan bisa mengganggu pengerjaan pengerukan alur yang dilakukan pada pekan ini.
"Keberadaan kapal tersebut tidak jauh dari mulut alur masuk, namun terlempar ke sebelah kiri dan masuk, dengan kondisi sudah patah, padahal pasir hasil kerukan akan dibuang ke lokasi kapal yang terdampar itu," kata Manager Pelabuhan Indonensia (Pelindo) II Bengkulu Ade Hartono, Minggu.
Namun demikian, kata dia, akan diupayakan agar tidak menimbun bangkai kapal pengangkut CPO yang terdampar pada awal Maret 2011 dengan muatan sekitar 1.300 ton. "Kondisi kapal itu sekarang nyaris tertimbun pasir," katanya.
Pasir hasil pengerukan tersebut nantinya sebagian besar dibuang ke arah kapal yang terdampar, karena di kawasan itu terjadi abrasi laut yang cukup luas, sehingga mengancam terputusnya hutan penyanggah kawasan pelabuhan.
"Kami mengimbau pemilik kapal agar secepatnya mengambil bangkai kapal itu, karena dikhawatirkan bisa tertimbun pasir hasil kerukan," katanya.
Ia mengatakan kapal mengangkut CPO sebanyak 1.300 ton tersebut terdampar akibat badai, dan karena dangkalnya alur pelabuhan setempat, sehingga saat mau keluar diterjang angin kencang.
Posisinya sekarang memang tidak mengganggu kelancaran transportasi kapal lainnya yang masuk pelabuhan, namun untuk menyelamatkan kapal dan ribuan ton CPO yang diangkut tersebut, saat ini masih menunggu tongkang dari Jakarta.
Minyak kelapa sawit milik salah seorang pengusaha di Jakarta tersebut kondisinya saat ini sudah membeku, sehingga tumpahannya berkurang, dan tidak mencemari kolam pelabuhan.
Ia mengatakan setelah beberapa jam kapal itu kandas, terlihat ada tumpahan CPO keluar dari bagian atasnya, karena posisi kapal miring, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
"Keesokan harinya tumpahan CPO tersebut tidak terlihat lagi, dan diperkirakan membeku karena minyak kelapa sawit tidak akan cair apabila udaranya tidak panas," katanya.
Seorang anggota kapal pemandu di kawasan pelabuhan Pulau Baai Bengkulu Riduan mengatakan kapal CPO tersebut hingga kini masih berisi minyak kelapa sawit mentah, jumlahnya sekitar 200 ton.
"Kami masih melihat petugas mengambil minyak kelapa sawit itu menggunakan drum dan diangkut ke kapal kecil, kemudian distok di kawasan pelabuhan," katanya.
Kepala Administrasi Pelabuhan (Adpel) Bengkulu Pieter HB Fina mengatakan kondisi minyak kelapa sawit di kapal kandas itu sekarang masih aman, namun jika tidak cepat diatasi dikhawatirkan ada gelombang besar dan bisa tenggelam.
Kalau mau ditarik sekarang, posisinya tersandar pada batu pemecah gelombang, dan akan sulit digeser saat muatannya penuh, dan apabila dipaksakan dikhawatirkan kapalnya robek, dan tumpahan CPO tak terhindarkan.
"Kami sudah menghubungi pengusahanya di Jakarta, dan sedang berupaya mendatangkan tongkang untuk memindahkan CPO itu," kata Pieter Fina lagi.
Alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu sampai saat ini makin dangkal, sehingga sangat mengganggu keluar atau masuknya kapal, meskipun hanya bermuatan di bawah 1.500 ton.
"Mudah-mudahan Pelindo melakukan pengerukan sesuai jadwal yaitu Juli 2011, dan alur pelabuhan setempat dapat digali sesuai dengan desain awalnya, yaitu minus 10 meter air pasang terendah (LWS)," katanya.
(T.Z005/B/M008/M008) (ANTARA)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011