Sumenep (ANTARA News) - Petani garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mulai mengolah "air tua" (sari air laut) di lahannya yang merupakan bagian dari proses produksi garam.
Ketua Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), Hasan Basri, Sabtu, menjelaskan, sejak awal bulan ini, kondisi cuaca sangat mendukung upaya pengolahan "air tua".
"Sejak awal bulan ini sudah tidak ada hujan. Saat ini, di lahan milik petani garam rakyat sudah terdapat air tua yang diolah supaya nantinya menjadi kristal atau butiran garam," katanya.
Kalau kondisi cuaca tetap stabil (tidak ada hujan lagi), petani garam rakyat di wilayah Sumenep daratan kemungkinan besar sudah bisa panen garam pada akhir bulan ini.
"Saat ini, para petani garam sedang lagi bersemangat dan betah berada di lahan karena cuaca sangat mendukung. Pada akhir bulan ini diperkirakan sudah bisa panen garam," ujarnya menerangkan.
Di Sumenep, kata dia, kondisi cuaca antara di wilayah daratan dengan kepulauan pada tahun ini ternyata berbeda.
"Pada bulan Mei, wilayah daratan masih diguyur hujan deras. Sementara di wilayah kepulauan sama sekali tidak ada hujan deras. Kondisi tersebut membuat sebagian kecil petani garam di Kecamatan (Pulau) Giligenting sudah bisa panen garam pada awal bulan ini," paparnya.
Hasan berharap kemarau pada tahun ini benar-benar menjadi masa produksi garam (tidak ada hujan), karena tahun lalu sudah gagal panen akibat tingginya intensitas hujan di Sumenep.
Data di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep, lahan garam rakyat setempat seluas 1.988 hektare tersebar di lima kecamatan di wilayah daratan (Kalianget, Saronggi, Pragaan, Gapura, dan Dungkek) dan tiga kecamatan di kepulauan (Talango, Giligenting, dan Raas).
Produksi garam rakyat di delapan kecamatan tersebut pada 2009 mencapai 266.729 ton dan pada 2010 hanya 24 ton akibat gagal panen. (DYT/E011/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011