Lusaka (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, mendesak negera-negara Afrika untuk mencabut rintangan perdagangan dengan Amerika Serikat di Lusaka baru-baru ini, dan menyuarakan keprihantinannya terhadap bantuan dan investasi China di Afrika.
Menlu Hillary, diplomat senior AS yang pertama mengunjungi Zambia sejak tahun 1976 itu, melakukan pembicaraan tahunan tentang transaksi perdagangan istimewa AS ketika China menyusul Amerika Serikat sebagai mitra utama dagang Afrika.
"Kehadiran China di Afrika mencerminkan kenyataan bahwa ia mempunyai kepentingan yang meningkat di Lusaka di benua tersebut," katanya bersama Presiden Zambia Rupiah Banda ketika mengadakan jumpa pers.
"Amerika Serikat tak melihat kepentingan yang melekat ini bertentangan dengan kepentingan kami. Kami tak melihat kemunculan China sebagai suatu permainan yang sia-sia. Kami berharap ini akan berhasil dalam upaya ekonominya," katanya.
"Tetapi, kami prihatin atas praktek-praktek bantuan asing dan investasi China di Afrika yang tak selalu konsisten dengan norma-norma transparansi internasional dan tata kelola pemerintahan yang diterima secara umum," tambahnya.
Ia mengatakan, Amerika Serikat telah memulai dialog dengan China tentang berbagai aktivitasnya di Afrika.
Beberapa negara Afrika menerima China karena Beijing tak membuat tuntutan mengenai hak-hak asasi maupun demokrasi.
"Secara umum saya katakan, saya kira, China lebih agresif dalam masalah perdagangan di kawasan ini," kata Mupelwa Sichilima, dari "Trade and Industrial Policy Strategies", seorang analis Afrika Selatan.
Tetapi, Sichilima mengatakan, dalam prakteknya, pembatasan-pembatasan lain yang merintangi perdagangan Afrika dengan kedua negara, Amerika Serikat dan China -- terutama pertimbangan-pertimbangan praktis seperti standar penyelamatan produk makanan.
"China merupakan pasar alternatif yang telah tampil, tetapi ini tidak berarti ia akan `menelan` apa saja dari Afrika."
Perdagangan China-Afrika melonjak lebih dari 40 persen tahun lalu yang berjumlah 126,9 miliar dolar AS.
Dalam jumpa persnya dengan Ny. Clinton, Banda mengatakan, Zambia menjalin perdagangan dengan China sejak sebelum kemerdekaan pada tahun 1964 dan memperoleh keuntungan, dan China terus membeli tembaga Zambia selama krisis keuangan global.
Tetapi ia mengatakan, Zambia menegaskan bahwa negara-negara lain yang melakukan bisnis di sini memperlakukan baik kepada Zambia dan mengikuti berbagai peraturan nasional.
Ny. Clinton dan Zambia berbicara setelah menghadiri forum menteri "African Growth and Opportunity Act (AGOA)", suatu kerja sama berusia 11 tahun yang menjadikan ekspor Afrika berstatus bebas bea di pasar AS.
Meskipun peningkatan yang berarti dalam perdagangan, "kami tak dapat mengabaikan tanda-tanda bahwa tidak semua negara telah membuat kebanyakan AGOA," kata Menlu AS di forum, yang dihadiri 1.600 anggota delegasi dari 31 negara.
"Negara-negara Afrika mengekspor hanya sedikit dari 6.500 produk yang memenuhi syarat untuk pengiriman yang bebas bea. Ekspor yang paling umum masih minyak," katanya.
"Dengan demikian, kami berpotensi untuk melakukan lebih banyak. Masalahnya adalah: Akan kah kita berbuat ?".
Ia mengatakan, jawaban terhadap pertanyaan itu adalah penting karena AGOA akan melakukan pembaruan di Kongres pada tahun 2015.
Bisnis AS-Afrika
Menlu Hillary juga berupaya meningkatkan kerja sama bisnis yang lebih meningkat antara AS-Afrika, sehingga masing-masing pihak mengetahui bahwa apa yang diinginkan oleh lainnya. Ia menyerukan kepada lebih banyak para wanita pengusaha Afrika dan menegaskan bantuan AS terhadap orang-orang Afrika yang ingin melakukan bisnis.
Ny. Clinton juga mendorong para menterinya untuk mencabut berbagai rintangan perdagangan antara negara-negara mereka, memotong birokrasi, memerangi korupsi dan juga berinvestasi lebih banyak di jalan-jalan, pelabuhan-pelabuhan, dan jaringan listrik.
"Pada akhirnya, ini terserah pada para pemimpin kawasan ini untuk memutuskan apakah kalian menginginkan integrasi ekonomi," katanya.
"Ini tak berarti kalian harus mengambil kepentingan yang berakar dan memberikan reaksi terhadap keprihatian mengenai persaingan baru sambil menunjukkan apakah rakyat mereka akan memperoleh keuntungan dari perdagangan kawasan yang meluas," katanya.
"Meluaskan perdagangan dengan Afrika merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Masalah itu akan menjadi pusat perhatian pada Minggu, ketika 26 negara Afrika akan melakukan perundingan di Johannesburg untuk melenyapkan berbagai rintangan di negara-negara yang membentang dari Cape hingga Kairo.
Kunjungan Ny. Clinton di sini merupakan pertanda lain dalam kepentingan ekonomi yang tumbuh di Afrika, yang diharapkan oleh Dana Moneter Internasonal (IMF) agar tumbuh lebih cepat daripada rata-rata di dunia dalam tahun-tahun mendatang.
Enam dari 10 negara yang pertumbuhan ekonominya tercepat di dunia adalah di Afrika tahun lalu, dan Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank) telah memberikan isyarat kenaikan kelas menengah dari lebih dari 300 juta orang di benua ini.
Undang-undang AGOA memberikan 37 negara Afrika akses bebas bea ke pasar AS, dengan sedikit negara seperti Somalia, Sudan, dan Zimbabwe dikeluarkan karena konflik, kudeta, maupun pergolakan politik.
Tahun lalu, negara-negara AGOA yang memenuhi syarat mengirimkan 44 miliar nilai ekspor ke pasar AS, tetapi hanya 4 miliar dolar AS yang produk non-minyak.
Satu ketetapan dalam undang-undang itu, yang mengizinkan banyak negara untuk mengekspor pakaian yang terbuat dari kain impor, yang ironis membantu pertumbuhan pabrik-pabrik milik China di negara-negara seperti Swaziland, demikian AFP melaporkan. (M012/M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011