Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyatakan kemampuan tes cepat (rapid) antigen dalam mendeteksi varian Omicron masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
"Pernyataan dari berbagai organisasi kesehatan seperti organisasi kesehatan dunia (WHO), Center for Disease Control (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat menyebutkan kemampuan tes cepat antigen dalam mendeteksi varian Omicron masih memerlukan penelitian lebih lanjut," ujar Jubir Nasional Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adi Sasmito yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, tes cepat antigen kemungkinan masih bisa mendeteksi adanya infeksi, namun akurasinya bisa berkurang.
Baca juga: Satgas: 86,6 persen masyarakat miliki antibodi terhadap COVID-19
Baca juga: Satgas COVID-19 terus upayakan pelacakan kontak erat kasus Omicron
Sedangkan alat uji NAAT yang menargetkan lebih dari satu gen di samping gen S dapat memunculkan hasil terdeteksi pada gen lainnya, namun gagal mendeteksi gen S.
"Tetap harus dilanjutkan dengan whole genome sequencing atau lebih dikenal dengan WGS," kata Wiku.
"Tidak semua testing dapat mendeteksi mutasi secara spesifik," kata Direktur Utama PT Bio Farma Honesty Basyir.
Honesty mengatakan mBioCov-19 memiliki keunggulan dalam mendeteksi varian-varian virus COVID-19.
Alat uji PCR (polymerase chain reaction) tersebut dapat mendeteksi varian Omicron (B.1.1.529) baik dalam sampel usap (swab) maupun sampel kumur.
Berdasarkan data pengujian in silico terhadap 141 data sampel dari GISAID yang dilakukan oleh Nusantics dengan menggunakan mBioCoV-19, varian Omicron dapat terdeteksi dengan akurasi 100 persen.*
Baca juga: Malaysia kembali laporkan 58 kasus Omicron
Baca juga: Satgas: Keputusan PTM kapasitas penuh seiring kesiapan pendidikan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022