Melemahnya bursa regional menjadi alasan pelaku pasar dalam negeri untuk melakukan `profit taking`.

Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan ditutup bergerak turun 18,54 poin di tengah berfluktuasinya bursa regional dan minimnya sentimen positif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat ditutup turun 0,49 persen ke posisi 3.787,65. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 3,32 poin atau 0,50 persen ke posisi 670,07 poin.

Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Jumat, mengatakan minimnya sentimen positif serta bursa regional yang mengalami "profit taking" memberi dampak kurang baik bagi indeks dalam negeri.

"Melemahnya bursa regional menjadi alasan pelaku pasar dalam negeri untuk melakukan `profit taking`," kata dia.

Bursa regional bergerak bervariasi diantaranya Indeks Hang Seng melemah 189,46 poin (0,84 persen) ke level 22.420,37, Nikkei-225 naik 47,29 poin (0,50 persen) ke level 9.514,44, dan Indeks Straits Times melemah 19,22 poin (0,62 persen) ke level 3.078,35.

Reza menambahkan, suku bunga acuan (BI rate) yang tetap sebesar 6,75 persen belum memberikan sentimen positif pada perdagangan indeks saham dalam negeri.

Selain itu, lanjut dia, pelaku asing yang masih dalam posisi jual menjadi salah satu faktor pelemahan indeks BEI.

"Pelaku asing banyak melakukan jual hingga mencapai sebesar Rp142,027 miliar," kata dia.

Namun, menurut dia, secara teknikal IHSG akan kembali menguat (rebound) setelah mengalami "rally" koreksi pada pekan ini.

Sementara, tercatat Saham-saham yang bergerak melemah diantaranya, Krakatau Steel (KRAS) turun Rp10 ke Rp1.130, bumi Resouces (BUMI) turun Rp25 ke Rp3.425, Pakuwon Jati (PWON) turun Rp30 ke Rp1.000.

Perdagangan saham berjalan kurang ramai hanya terjadi transaksi frekuensi mencapai 91.931 kali, pada volume saham yang diperdagangkan mencapai 4,468 miliar lembar saham dengan total nilai Rp3,137 triliun dengan saham yang tertekan mendominasi sebanyak 168 saham, 61 saham naik, dan 99 saham tidak bergerak harganya.

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011