Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) memperketat keamanan di wilayah perbatasan RI-Filipina, terutama di pulau-pulau kecil terdepan, untuk menekan arus penyelundupan senjata ke wilayah Indonesia dari Filipina, khususnya Sulawesi Tengah (Sulteng). "Kami sudah siagakan aparat, bekerjasama dengan Polri dan unsur masyarakat lain, untuk mengamankan pulau-pulau kecil terdepan dan pelabuhan di Sulteng, atasi penyelundupan senjata," kata Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayjen TNI Arief Budi Sampoerno di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, maraknya senjata yang beredar di wilayah Sulteng, khususnya Poso dan Palu ada yang berasal dari Filipina, masuk melalui pulau-pulau kecil, pelabuhan dan pintu masuk kedua negara, yakni Pulau Miangas dan Marore. Arief mengatakan, senjata berbagai jenis itu diselundupkan ke Sulteng dengan cara dipreteli terlebih dulu, dan dimasukkan ke dalam pipa paralon. "Modus seperti ini telah lama kami identifikasi, dan segera diatasi. Aparat akan terus melakukan pengetatan di seluruh pintu masuk antara RI-Filipina untuk menekan arus penyeludupan senjata," katanya . Selain melakukan pengetatan di wilayah perbatasan, TNI dan Polri juga menggugah kesadaran masyarakat untuk menyerahkan senjata api dan bahan peledak secara sukarela melalui Operasi Sintuwu Maroso (operasi pemulihan keamanan Poso) XII yang dilaksanakan 14 Juli 2005 sampai 14 Januari 2006. Selama periode itu, menurut dia, dikumpulkan 219 senjata api organik maupun rakitan beserta 1.327 butir peluru, 12 bom, dan lima granat. Seluruh senjata dan bahan peledak yang berhasil dikumpulkan itu, Minggu (15/1), digelar di Markas Komando Distrik Militer 1307/Poso. Komandan Kodim 1307/Poso, Letkol Inf Indra Maulana, mengatakan bahwa keberhasilan aparat keamanan mengumpulkan senjata api yang pernah digunakan saat konflik Poso itu adalah berkat semakin tumbuhnya kesadaran warga untuk menciptakan keamanan di Poso. Dari 219 senjata api yang dikumpulkan, 13 pucuk diantaranya senjata api standar organik, baik laras panjang maupun pendek. Sisanya adalah senjata api rakitan yagn diduga sebagian besar dibuat di Poso dengan teknologi perakitan yang maju. Selain senjata api dan 1.327 peluru berbagai kaliber, dari warga Poso juga dikumpulkan 12 bom rakitan dan lima granat nanas, terdiri dari empat buatan PT Pindad dan satu buatan Korea. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006