Jakarta (ANTARA) - Pemandangan musim dingin di sekitar danau biru Band-e Amir di provinsi Bamiyan, Afghanistan terlihat sepi dari manusia, tapi ketiadaan pengunjung merugikan penduduk setempat.
Setelah perang dua dekade dan krisis ekonomi terburuk, runtuhnya sisa industri pariwisata Afghanistan mungkin hampir tidak diperhatikan.
Namun Band-e-Amir, sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut dan dapat ditempuh dua jam dari Bamiyan, biasanya didatangi ribuan orang setiap tahun, mencari jeda dari konflik yang melanda. Semuanya berubah tahun ini ketika Taliban berkuasa kembali.
"Dulu pariwisatanya baik, ada program ski dan kompetisi di musim dingin," kata Sayed Reza, pemandu wisata yang juga menyewakan kamar untuk turis.
Baca juga: Seni, belanja, makan dan belajar sejarah di Bras Basah Bugis
Baca juga: Daftar produk khas Singapura cocok untuk jadi buah tangan berwisata
"Dulu ada banyak turis di musim dingin dan musim semi, tapi sejak Taliban datang, empat bulan belakangan kami tidak melihat banyak turis di Band-e-Amir," katanya.
Provinsi Bamiyan adalah satu dari tempat langka yang terlindung dari konflik yang mengoyak Afghanistan selama lebih dari 20 tahun. Olahraga di gunung berperan penting dalam perkembangan budaya yang relatif liberal di sana. Para pemain ski dan pesepeda di jalan dan lereng, begitu pula ratusan orang yang ingin piknik dan menikmati pemandangan indah dan penuh damai, kontras dengan kekerasan di tempat lain.
"Band-e-Amir adalah lokasi turis, punya danau indah dan udara bersih. Orang senang menikmati waktunya di sini," kata Reza.
Area ini dideklarasikan sebagai taman nasional pada 2019 dan meskipun Bamiyan masih tergolong miskin dan belum berkembang, pariwisata yang terus berjalan selama tahun-tahun perang menyisakan tanda-tanda kemakmuran di desa kecil dekat danau.
Reza mengatakan, 70 sampai 80 keluarga yang tinggal di desa Band-e-Amir sepenuhnya bergantung dengan pariwisata dan sudah kesulitan akibat berkurangnya turis saat pandemi, belum lagi krisis ekonomi yang menyusul setelah Taliban berkuasa.
"Tahun ini, pergantian rezim membuat kami tak melihat ada turis di Band-e-Amir," kata Reza.
Baca juga: Pelancong punya pilihan baru menginap di dekat bandara
Baca juga: Menyisir peta sejarah Cikini dengan wisata "walking tour"
Baca juga: Serba-serbi wisatawan Indonesia sepanjang 2021
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022