Komisi II DPRD dan Dinas Perindustrian Perdagangan Energi Sumber Daya Mineral kota Dumai mendapati kelebihan impor itu, kata Ketua Komisi II DPRD Kota Batam, Yudi Kurnain seusai melakukan inspeksi mendadak, Kamis.
"Kenyataan yang kami temukan di pelabuhan Batu Ampar, gula diimpor mencapai 11.250 ton," ujarnya.
Dalam kebijakan impor, kuota dari Menteri Perdagangan hanya 9.000 ton, dengan rincian 6.000 ton untuk Batam, 1.500 ton untuk Bintan, dan 1.500 untuk Karimun.
Yudi mengatakan, akan mengundang importer, PT Persero Batam, serta Badan Pengusahaan Batam, dan Disperindag ESDM Kota Batam untuk membahas hal tersebut pada Senin (13/6).
Data yang sama juga disampaikan Manager Operasional PT Persero Batam, Budi susanto.
"Kami juga mencatat gula yang masuk mencapai 11.250 ton," ucap dia.
Padaa kesempatan terpisah, Kepala Disperindag ESDM Kota Batam, Ahmad Hijazi, mengatakan pelaksanaan impor gula seharusnya sesuai dengan kuota yang ditetapkan.
"Kalau begini, kelebihan gula impor harus diekspor kembali. Kalau akan dipasarkan harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Perdagangan," kata dia.
Dengan impor tersebut, Hijazi berharap hingga 3 bulan ke depan Batam tidak mengalami kelangkaan gula.
Pelaksana Harian Direktur Investasi, Marketing, dan Humas Badan Pengusahaan (BP) Batam, Dwi Djoko Wiwoho, mengatakan BP Batam selaku pihak yang mendapatkan kewenangan melakukan impor melalui enam importir yang telah ditetapkan akan menunggu kebijakan Menperindag terkait kelebihan impor tersebut.
"Kami serahkan pada mekanisme kebijakan Menteri (Perdagangan)," kata dia.
Impor gula di daerah tersebut dilakukan PT Putra Kepri Mandiri, PT Pro Kepri Berjaya, PT Tri Maco Sukses, PT Sahabat Karya Mandiri, PT Batam Harta Mandiri, dan PT Pembangunan Kepri. (A013/A027/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011