Miranshah, Pakistan (ANTARA News) - Sekitar 150 militan yang bersenjatakan roket menyerang sebuah pos pemeriksaan keamanan di Waziristan, Pakistan baratlaut, Kamis, menewaskan delapan prajurit, kata sejumlah pejabat.

Serangan itu, yang juga menewaskan sekitar 12 militan, tampaknya merupakan bagian dari strategi baru Taliban Pakistan untuk melancarkan serangan-serangan berskala besar terhadap sasaran militer dan pemerintah.

Serangan itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan akibat gempuran rudal yang dilakukan pesawat tak berawak AS di kawasan suku sepanjang perbatasan dengan Afghanistan yang dianggap sebagai sarang militan dari berbagai penjuru dunia.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan militan Kamis di pos pemeriksaan itu. Pekan lalu, Taliban Pakistan melancarkan serangan serupa, dan para pejabat mengatakan bahwa lebih dari 400 militan mengambil bagian.

"Militan membawa roket dan senjata berat dan menyerang pos pemeriksaan itu selepas tengah malam," kata seorang pejabat intelijen di Waziristan kepada Reuters, mengenai serangan terakhir itu.

"Delapan prajurit tewas dan 12 orang cedera," katanya.

Pasukan keamanan membalas serangan itu, yang menewaskan sedikitnya 12 militan, kata seorang pejabat. Serangan itu terjadi di perbatasan antara Waziristan Utara dan Waziristan Selatan.

Para analis mengatakan, taktik baru Taliban itu mengisyaratkan bahwa mereka semakin mematikan.

"Itu kecenderungan yang sangat berbahaya. Itu berarti mereka sungguh-sungguh memperoleh kekuatan," kata Talat Masood, mantan jendral militer dan kolumnis.

"Saya rasa mereka telah memperbaiki taktik dari serangan-serangan bom bunuh diri ke serangan berskala penuh," tambahnya.

Lebih dari 4.400 orang tewas dalam serangan-serangan yang dituduhkan pada Taliban dan jaringan garis keras lain yang berpangkalan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan pemerintah menyerbu gerilyawan di sebuah masjid di Islamabad pada 2007.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaida melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam serangan rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.

Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011