Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 27 sen menjadi 118,12 dolar AS per barel dalam transaksi awal di London.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Juli, naik 49 sen menjadi 101,23 dolar AS per barel.
"Minyak mentah naik karena OPEC ... gagal untuk mencapai kesepakatan tentang tingkat produksi yang lebih tinggi," kata Victor Shum, seorang analis pada konsultan energi internasional Purvin and Gertz yang berbasis di Singapura.
Pertemuan OPEC di Wina pada Rabu menghasilkan target produksi resmi OPEC tetap 24,84 juta barel per hari (mbpd), yang telah berdiri sejak Januari 2009.
Pengumuman itu mengirim harga minyak meroket pada Rabu. Pedagang telah berspekulasi bahwa 12-negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan meningkatkan kuota produksi untuk membantu mendinginkan harga minyak dan pada gilirannya meningkatkan pemulihan ekonomi.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan "kecewa" dengan keputusan OPEC dan mendesak produsen bagaimanapun untuk memasok lebih banyak untuk menghindari tingginya harga minyak.
IEA, yang mewakili kepentingan negara-negara industri, memperkirakan bahwa produksi aktual OPEC tercatat sebesar 26,15 juta barel per hari pada April, memberikan kelebihan sekitar 1,3 juta barel per hari. Tetapi produksi tambahan tersebut tidak dilihat sebagai cukup untuk memenuhi kebutuhan masa depan.
Pengumuman kebijakan OPEC itu sementara terkena perpecahan jauh di dalam kartel. Kuwait, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab telah menyerukan kenaikan 1,5 juta barel ke batas tertinggi, tapi sesama anggota menolak ide itu.
Analis Jason Schenker, dari Prestige Economics yang berbasis di AS, mengatakan keputusan tidak akan berubah banyak.
"Saya pikir secara fundamental itu tidak akan mengubah situasi pasokan. Saya berpikir (produsen utama OPEC) Arab Saudi akan memproduksi minyak tambahan."
Shum menambahkan: "Dalam jangka panjang, pasar minyak secara fundamental bullish dengan pertumbuhan permintaan dan oleh karena itu kelompok OPEC harus menyediakan produksi lebih.
"Kekhawatiran sisi pasokan termasuk konflik di Libya ... adalah pendukung ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak dalam sisa tahun ini," kata analis.(*)
(Uu.A026/A023)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011