Saya bertanya, apakah akan ada perempuan yang bisa menggantikan saya sebagai presiden. Hingga saat ini, saya adalah satu-satunya perempuan di Indonesia yang menjadi presiden.

Yogyakarta (ANTARA News) - Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri menantang seluruh kaum perempuan Indonesia untuk bisa menduduki jabatan pemerintahan tertinggi, yaitu presiden.

"Saya bertanya, apakah akan ada perempuan yang bisa menggantikan saya sebagai presiden. Hingga saat ini, saya adalah satu-satunya perempuan di Indonesia yang menjadi presiden," kata Megawati saat memberikan "Kuliah Presiden" memperingati Hari Lahir Pancasila di Universitas Janabadra (UJB), di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Megawati, bila dalam waktu kurang dari 25 tahun mendatang sudah ada perempuan yang menjadi Presiden Republik Indonesia, maka ia akan memberikan apresiasi yang sangat besar.

Perempuan, lanjut dia, tidak berbeda dengan kaum laki-laki, dan satu-satunya yang bisa dilakukan perempuan untuk lebih mengungguli kaum laki-laki adalah di kepandaiannya.

"Ayah saya (Presiden I Republik Indonesia Soekarno-red) memberikan dorongan dan semangat agar perempuan tidak merasa kalah dari kaum laki-laki," katanya.

Ia juga berpesan kepada generasi muda agar memiliki keyakinan dan kepercayaan diri agar tidak kalah dengan bangsa lain di dunia, karena kurangnya kepercayaan diri tersebut bisa berakibat pada kalahnya bangsa Indonesia saat bersaing dengan bangsa lain di dunia.

Untuk menumbuhkan kepercayaan diri itu, lanjut dia, adalah selalu berpegang pada Pancasila sebagai ideologi negara, karena sebenarnya Pancasila itu sudah berada dalam sanubari masyarakat Indonesia.

"Pancasila harus diimplementasikan secara konsekuen agar seluruh sendi kehidupan bangsa bisa berjalan secara berdaulat termasuk politik dan ekonomi," katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Kesra Pemerintah Provinsi DIY RM Wijoseno Haryo Bimo yang membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan, perlu adanya penghayatan dan pengamalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya pengenalan karena keampuhan Pancasila sudah terbukti.

"Saya merasa prihatin seolah Pancasila dilupakan. Dalam kurikulum juga ditiadakan sehingga banyak siswa melanggar norma pendidikan, agama, dan sosial kemasyarakatan, termasuk para pejabat negeri," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Pancasila harus "diuri-uri" dalam kehidupan sehari-hari, termasuk memasukkan Pancasila dalam kurikulum.

Sementara itu, Rektor UJB Suharjanto mengatakan, kaum akademisi memiliki tugas untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju dengan berdasar pada Pancasila sebagai jawaban terhadap tantangan yang dihadapi bangsa dan negara.

"Sejak awal reformasi hingga sekarang terjadi kemunduran pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan demokratisasi di dunia," katanya.

UJB, lanjut dia, yang telah memposisikan diri sebagai Kampus Kebangsaan yang siap menggembleng mahasiswa untuk menjadi sumber daya manusia Indonesia yang berpengatahuan tinggi dan berazaskan nasionalisme serta patriotisme.

Dalam kuliah tersebut, turut hadir sejumlah pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) seperti Tjahjo Kumolo, Ganjar Pranowo, Idham Samawi, juga keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat GBPH Prabukusumo. (E013)

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011