Jakarta (ANTARA News) - Nilai mata uang rupiah yang diperdagangkan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada Kamis pagi bergerak dalam posisi tertekan senilai 10 poin menjadi Rp8.522 dari posisi terakhir hari sebelumnya Rp8.512.
Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak melemah tipis terhadap dolar AS kendati beberapa mata uang Asia menguat.
Ia mengemukakan, kenaikan harga minyak mentah dapat membuat mata uang Asia menguat termasuk mata uang dalam negeri.
"Potensi penguatan rupiah pada hari ini masih ada kendati masih dalam kisaranyang terbatas," ujar dia.
Sementara itu, kata dia, harga minyak mentah Brent dan WTI ditutup naik, menjadi 117,43 dolar AS per barel dan 100,74 dolar AS per barel karena OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) gagal mencapai kesepakatan produksi.
"Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun berdirinya OPEC gagal mencapai kesepakatan produksi. Enam negara menolak usulan Arab Saudi untuk menaikkan produksi ketika harga diatas 100 dolar AS per barel," kata dia.
Sementara itu, kata dia, diperkirakan permintaan untuk minyak OPEC mencapai 30,87 juta bph untuk kuartal ketiga 2011 mendatang.
Analis Valas Harvest International Futures Tony Mariano menambahkan, belum adanya sentimen positif memicu pergerakkan mata uang rupiah bergerak melemah seiring dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tertekan.
"Beberapa investor masih `wait and see` jelang pengumuman BI rate," katanya.
Ia mengatakan, posisi rupiah saat ini masih mempunyai tendensi penguatan yang masih tinggi ke depannya seiring dengan melambatnya ekonomi AS. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011