Tripoli (ANTARA News) - Dua ledakan keras mengguncang wilayah dekat kediaman Pemimpin Libya Muamar Gaddafi pada Rabu malam, kata seorang wartawan AFP yang menyaksikan ledakan itu.
Ledakan pertama mengguncang pusat ibu kota Tripoli pada sekitar pukul 20:00 GMT, diikuti 15 menit kemudian oleh yang lain, ledakan kuat dekat dengan sebuah hotel perumahan para wartawan asing.
Juru bicara rezim Mussa Ibrahim mengatakan, pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menghantam ibu kota Libya dengan lebih dari 60 bom pada Rabu, menewaskan 31 orang dan menyebabkan puluhan lainnya cedera.
Serbuan-serbuan itu ditargetkan pada tempat tinggal Gaddafi di pusat Tripoli, katanya mengklaim, dan juga jalan menuju bandara selatan ibu kota.
Kompleks kediaman Gaddafi telah diledakkan secara teratur sejak awal intervensi militer internasional di Libya pada 19 Maret dan sebagian besar bangunan di kompleks Bab al-Aziziya itu telah tentara asing ratakan.
Sementara itu dari Brussels sebelumnya, para Menteri Pertahanan NATO, Rabu, menuntut Muamar Gaddafi mengundurkan diri, dan mengatakan bahwa waktu menentang veteran kuat Libya yang berada di bawah gempuran serangan aliansi itu tanpa henti.
"Waktu bekerja melawan Gaddafi, yang telah jelas kehilangan semua legitimasi dan oleh karena itu perlu untuk mundur," kata para menteri itu dalam pernyataan setelah pembicaraan mengenai operasi NATO di Libya yang telah berlangsung hampir tiga bulan.
"Tidak ada masa depan bagi sebuah rezim yang secara sistematis mengancam dan menyerang rakyat sendiri," kata mereka.
Para petinggi Gaddafi menyatakan tidak benar pemerintahnya memerangi dan membunuhi rakyatnya sendiri, apalagi dengan menggunakan tentara sewaan.
(H-AK/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011